Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gara-gara Ulang Tahun yang Tertunda, Ibu pun Turun Tangan

14 April 2021   04:00 Diperbarui: 14 April 2021   06:42 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ulang tahun (Sumber : Pexels.com/Anna Shwets)

Kejadian in terjadi dua tahun lalu ketika anak saya "Si Ganteng" duduk di kelas 4 SD.

Bagi anak-anak, ulang tahun merupakan momen yang selalu ditunggu. Ada hadiah yang sudah diimpikan beberapa hari sebelumnya, ada kue ulang tahun bahkan terkadang ada acara tiup lilin.

Khusus di sekolah anak saya, setiap siswa yang berulang tahun akan mendapatkan perlakuan khusus.

Sebagai sekolah Katholik, setiap pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, seorang guru piket akan memimpin doa bersama melalui pengeras suara yang bisa didengar di seluruh sudut sekolah.

Sebelumnya didahului dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan Pancasila.

Selain itu, akan ada ucapan selamat ulang tahun kepada para siswa yang berulang tahun pada hari itu, atau hari sebelumnya jika ulang tahun siswa jatuh pada hari libur sebelumnya.

Ternyata, anak saya begitu menunggu-nunggu momen namanya disebut dan diucapkan selamat, lalu didoakan bersama dalam doa pagi. Hal ini bahkan dikatakannya dengan wajah gembira di pagi harinya sebelum berangkat ke sekolah.

Tetapi hari itu, entah kenapa namanya tak disebut. Beberapa nama siswa lain disebut, sedangkan namanya tidak. Si guru piket sepertinya melewatkan nama si ganteng. Teman-temannya pun mengatakan si ganteng berbohong karena mengatakan kalau dia berulang tahun hari itu.

Sepulang sekolah si ganteng menceritakan hal tersebut. Wajahnya memang terlihat biasa saja, tidak marah, tidak juga terlalu kesal. Cara berceritanya khas anak-anak yang kecewa seolah tidak mendapatkan hadiah balon dalam sebuah acara.

Untuk menghiburnya, saya katakan bahwa ibu gurunya mungkin lupa. Mungkin besok harinya baru akan disebutkan. 

Demi menebus rasa kecewanya, jam lima keesokan paginya, diam-diam tanpa sepengetahuan si ganteng, saya mengirim pesan WA kepada guru wali kelasnya.

Diawali dengan permohonan maaf, saya konfirmasi terlebih dahulu perihal ada tidaknya kebiasaan tersebut di sekolah, seolah-olah saya tidak tahu.

Guru wali kelasnya merespons dengan cepat, dan membenarkan adanya kebiasaan memberikan ucapan selamat tersebut.

Lalu saya sampaikan apa yang menjadi kekecewaan anak saya di hari sebelumnya. Sang wali kelas cukup kaget dan meminta maaf.

Beliau katakan sepertinya mungkin guru piket yang bertugas hari itu melewatkan nama si ganteng. Selanjutnya beliau pun berjanji akan menginformasikan hal tersebut kepada guru piket.

Setelahnya, saya sampaikan kembali permohonan maaf karena harus merepotkannya untuk hal kecil ini. Untungnya beliau mengerti, bagi anak-anak, hal kecil seperti ini sangatlah berarti.

Siangnya, sepulang sekolah, si ganteng menceritakan dengan wajah gembira, bahwa namanya disebut dalam acara doa pagi. 

Di kelas pun, dia bercerita, wali kelasnya memanggilnya khusus untuk menyampaikan permintaan maaf karena sudah melupakan ulang tahunnya. Lalu lagu ulang tahun pun dinyanyikan untuk si ganteng.

Saya pun pura-pura terperangah dengan cerita so ganteng. Saya hanya berujar, "Tuh kan benar kata Mama, ibu guru lupa kemarin, jadi diganti hari ini."

Akhirnya, momen ulang tahunnya menjadi lebih istimewa di tahun tersebut karena adanya ucapan selamat ulang tahun yang tertunda ini.

Ya begitulah, apa yang terlihat sepele buat orang dewasa, ternyata begitu berarti bagi anak-anak.

***

Salam
Martha Weda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun