Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Kasus Rumah Mewah di Kedoya yang "Dikuliti", Berbaurlah dengan Lingkungan

11 April 2021   06:00 Diperbarui: 11 April 2021   06:00 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi rumah kosong di kawasan Kedoya, Jakarta Barat yang dibongkar materialnya untuk dicuri secara terpisah.(Sumber : Kompas.com/Sonya Teresa)

Beberapa waktu lalu kita cukup dikejutkan dengan pemberitaan sebuah aksi pencurian rumah mewah di kawasan Kedoya, Jakarta Barat.

Aksi pencurian ini menjadi viral karena sangat berbeda dari aksi pencurian biasanya.

Aksi kejahatan ini benar-benar menguras seluruh isi rumah. Rumah mewah dua lantai ini "dikuliti".

Yang paling menarik dan anehnya, aksi tersebut dilakukan secara terang-terangan, tidak sembunyi-sembunyi, layaknya seperti sedang membongkar rumah. Berbeda dengan modus pencurian lainnya, pelaku menyuruh sejumlah tukang membongkar material rumah. Kemudian, material rumah itu dijual.

Bukan hanya isi rumah dan furnitur yang diambil, bahkan pintu, jendela, kusen-kusen, besi dan kayu pegangan tangga, kloset, wastafel. marmer, lampu kristal, keran-keran air, lampu-lampu, hingga keramik yang melapisi lantai, bahkan sebagian dinding dan genting tak ketinggalan dipereteli

Ternyata otak dari aksi kejahatan ini adalah seseorang yang berpura-pura bertanggungjawab pada pembongkaran sebuah rumah. 'Proyek tipu-tipu' tesebut ditawarkan pada seorang pengepul barang bekas. Tanpa kecurigaan sedikitpun, sang pengepul menerima tawaran tersebut dengan senang hati. Lalu dengan mempekerjakan beberapa tukang, si pengepul mengerjakan "proyek" pembongkaran rumah itu secara total.

Foto rumah sebelum kejadian yang menunjukkan kemewahan hanya tinggal cerita. Pencurian tersebut menyisakan rumah yang hampir mirip seperti rumah dibongkar, atau mirip seperti kapal pecah.

Rumah tersebut ternyata memang sudah beberapa lama kosong. Jadi sepertinya orang yang menjadi otak pencurian ini sangat memahami situasi rumah yang sudah lama dibiarkan kosong tak berpenghuni. Dan si pelaku ini sepertinya juga sangat paham bahwa rumah ini juga jarang dikunjungi si empunya. Terbukti aksi pembongkaran yang berlangsung selama lebih dari satu bulan tidak diketahui pemiliknya.

Dari kejadian ini, satu hal bisa menjadi pelajaran, bahwa hidup bertetangga adalah keniscayaan. Bergaul dan menjalin hubungan yang baik dengan tetangga merupakan bagian dari usaha menciptakan lingkungan yang aman. Termasuk menjalin hubungan yang baik dengan perangkat wilayah seperti ketua RT, ketua RW dan petugas keamanan lingkungan.

Jangan menempatkan diri sangat eksklusif. Merasa diri lebih kaya, lebih mapan, lebih berkelas, sehingga tidak lagi merasa perlu mengenal lingkungan sekitar. Bagaimanapun, saudara dekat kita ketika di rumah adalah tetangga. Bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, tetangga terdekat bisa menjadi pertolongan pertama.

Bila sesama warga dan perangkat wilayah juga petugas keamanan saling mengenal, akan muncul rasa kepemilikan bersama terhadap lingkungan tempat kita tinggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun