Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setiap Kali Ayah Bepergian, Saya Jatuh Sakit

24 Oktober 2020   21:05 Diperbarui: 26 Oktober 2020   04:04 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuan (Sumber : Pexels.com/Tatiana Syrikova)

Berbicara seputar kedekatan ayah dan anak perempuannya memang selalu menarik. Tidak pernah kehabisan kata untuk menceritakannya. 

Bila dikatakan ayah adalah cinta pertama setiap anak perempuannya, yup, saya sangat setuju.

Saya jatuh cinta luar biasa pada ayah saya. Cinta yang mendalam pada ayah tidak tumbuh dengan sendirinya. Cinta ini tumbuh dari ineraksi yang selalu manis antara ayah dan saya, anaknya. Semakin saya besar, cinta itu tumbuh kian subur.

Sebenarnya sifat kami berdua sangat bertolak belakang. Ayah seorang yang supel, ramah, dan suka bergaul. Sementara saya pemalu dan cenderung introvert.

Namun demikian, kami berdua memiliki beberapa kesenangan yang sama. Senang membaca dan mengoleksi buku. Juga senang mengulik-ulik soal-soal matematika dengan rumus yang rumit sekalipun.

Berprofesi sebagai guru, ayah sangat sabar membimbing kami anak-anaknya saat belajar di rumah. Dari empat anaknya, sayalah yang paling intens berinteraksi seputaran pelajaran dengan ayah di rumah. Bahkan hingga saya duduk di bangku SMA, ayah adalah guru privat saya di rumah. Pelajaran matematika adalah kegemaran kami berdua.

Ayah juga pribadi yang tenang, sabar, jarang terlihat marah, dan sangat pintar mengendalikan emosi. Untuk hal-hal tertentu, saya lebih senang curhat dan berdiskusi dengan ayah. Karena ayah tidak pernah melibatkan emosi dalam setiap diskusi.

Beda dengan Ibu, sewaktu-waktu emosinya bisa tersulut. Wajar saja, perempuan memang lebih senang pakai perasaan daripada pakai logika, hehehe....

Figur ayah sangat luar biasa di mata saya. Hal inilah yang membuat saya memimpikan figur laki-laki seperti ayah untuk menjadi pendamping saya di masa dewasa. 

Kecintaan yang mendalam pada sosok ayah ternyata bisa pula menimbulkan reaksi-reaksi yang tidak terduga dan tidak dapat dikendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun