Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setiap Kali Ayah Bepergian, Saya Jatuh Sakit

24 Oktober 2020   21:05 Diperbarui: 26 Oktober 2020   04:04 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuan (Sumber : Pexels.com/Tatiana Syrikova)

Saya berulang tahun di penghujung bulan Oktober. Dan saat saya masih SD, selama beberapa tahun saya melewatkan momen ulang tahun tanpa ayah di rumah.

Kala itu jaman Orde Baru. Selain aktif sebagai guru dan kepala sekolah, ayah aktif dalam berbagai organisasi, termasuk sebagai Ketua KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) di Kabupaten tempat tinggal kami kala itu.

Sebagai ketua KNPI Kabupaten, ayah wajib hadir dalam kongres pemuda tahunan se-Indonesia yang diadakan KNPI pada akhir Oktober hingga awal November setiap tahunnya. Seingat saya, penyelenggaraan kongres selalu diadakan di Jakarta.

Itu sebabnya selama beberapa tahun kepemimpinan ayah pada organisasi kepemudaan tersebut, ulang tahun saya selalu tanpa ayah. 

Ada fenomena aneh dan juga unik yang selalu berulang setiap kali ayah pergi berdinas ke luar pulau. Selang satu atau dua hari ayah pergi, saya akan langsung jatuh sakit, demam tinggi dan kehilangan selera makan. Berapa hari pun ayah pergi, saya pasti jatuh sakit.

Sekalipun telah diberi obat, saya tidak akan pulih hingga ayah kembali. Saya ingat sekali, sampai-sampai baju safari ayah menjadi selimut saya selama saya sakit. Setelah ayah pulang, barulah kondisi saya berangsur membaik.

Karena saya masih kecil, saya juga tidak tahu mengapa saya selalu seperti itu bila ditinggal ayah. Setelah dewasa dan saya renungkan kembali kejadian tersebut, saya mulai mengerti.

Saya menduga, mungkin saja tanpa saya sadari, karena cinta saya yang sangat mendalam pada Ayah, di lubuk hati saya sebenarnya saya menolak berjauhan dengan ayah dan tidak ingin dia bepergian jauh meninggalkan kami, meskipun hanya beberapa hari.

Tetapi karena saat itu saya masih kecil dan belum mampu mengungkapkan apa yang saya pikirkan dan rasakan, rasa yang terpendam dan tidak dapat diungkapkan itu tanpa disadari menekan sampai jiwa paling dalam, lalu mendorong tubuh saya bereaksii negatif dan menyebabkan saya jatuh sakit.

Fenomena ini berlangsung beberapa tahun. Sejak duduk di bangku SMP, fenomema ini hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi, saya memang selalu merasa punya cinta tersendiri pada Ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun