Pada saat persembahan pun diinformasikan nomor rekening bank gereja, jika jemaat ingin memberikan persembahan. Namun sifatnya bukan paksaan. Tak memberipun tidak apa-apa.
Layaknya ibadah di gereja, ibadah live streaming inipun berlangsung lebih kurang 2 jam. Tepat jam 12.05, ibadahpun selesai.
Bagaimana rasanya?
Kalau saya sendiri, tidak begitu merasakan perbedaan berarti. Hanya berbeda tempat saja.Â
Kalau ditanya, apa bisa fokus? Karena memang sudah diniatkan untuk sungguh-sungguh dari beberapa hari sebelumnya, saya dan suami bisa fokus dan konsentrasi mengikuti ibadah. Tidak ngobrol, tidak hilir mudik. Hanya bergerak dari kursi untuk minum dan ke kamar kecil saja.
Masalahnya ada pada anak kami, si ganteng. Yang tadinya duduk manis di kursi, entah gimana tahu-tahu saya lihat sudah di lantai, sibuk cari semut buat makanan ikan cupangnya. Hayaaa...
Sudahlah, namanya anak-anak ya, mana betah berlama-lama duduk diam tanpa melakukan apapun.
Selain mengikuti ibadah jam 10 pagi, kami pun mengikuti ibadah-ibadah di jam berikutnya. Namun tak seserius sebelumnya.Â
Dari kotbah beberapa pendeta yang saya dengar sepanjang hari Minggu kemarin, dapat saya simpulkan, bahwa kita harus waspada terhadap penyebaran virus Corona ini. Sebagai warga negara yang baik pun kita harus mengikuti himbauan dan aturan pemerintah, seperti tetap diam di rumah dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Namun kita juga jangan memupuk ketakutan yang berlebihan. Fokus kita harus tetap terarah kepada Tuhan. Justru di saat-saat seperti ini seharusnya membuat kita semakin dekat dan mencari Tuhan.Â
Kalaupun harus keluar rumah, hanya untuk keperluan yang penting saja. Seperti harus bekerja bagi karyawan atau pekerja yang tidak libur.