Berdiri di atas lantai dingin membeku, aku terpaku memandangmu sendu.
Dalam lelap dan membisu, kau tampak seperti yang kurasa jauh dimasa lalu.
Adakah hasrat membara itu masih tersisa? Ataukah telah hanyut terbawa gelombang derita yang mendera?
Asal kau tahu. Mimpimu kujadikan mimpiku. Asamu kugenggam jadi asaku.
Dan aku berlari mengejarnya. Dengan segenap peluhku, dengan sekuat dayaku.Â
Hingga tak kuingat lagi asa dan mimpiku sendiri.
Bahkan tak kupedulikan lagi rupaku kini.Â
Kulakoni apapun peran yang kau berikan. Kunikmati bagaimanapun kepahitan yang kau suguhkan, selama aku tak menuai amarah.
Namun apa yang kudaapat? Lagi-lagi aku tak pernah berkilau di matamu. Lagi-lagi aku tak pernah menjadi yang terindah di hadapanmu. Berkali-kali kau banjiri aku dengan sumpah serapahmu.
Siapa aku ini sebenarnya bagimu? Apa aku ini di matamu? Wanitamu kah? Atau bonekamukah?
Boneka mungkin lebih baik. Tapi aku tahu. Bagimu, aku tak lebih dari barang tak bermutu. Bukankah begitu?
Kasar memang. Tapi itu yang lebih pantas disematkan untukku.
Tolong kau beri tahu aku.
Mungkinkah cinta ini diuji oleh perjalanan waktu? Ataukah aku yang tak lagi mampu berdiri di atas cinta yang rapuh?
Jkt, 23-01-2020
Persembahan buat seorang sahabat, semoga cahaya cinta kembali bersinar.