Mohon tunggu...
Berliana Asa
Berliana Asa Mohon Tunggu... Lainnya - Atas nama sya pribadi mendaftarakan diri sebagai menambah wawsan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bermanfaat untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masa Pandemi Covid-19, Tips Orangtua Mendampingi Anak Belajar dari Rumah

25 September 2020   10:50 Diperbarui: 25 September 2020   10:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Orangtua sangat penting untuk menanyakan sesuatu yang bisa dibantu sehingga membangun hubungan positif dengan anak. Bertanya  tentang apa yang bisa dibantu bukan berarti mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya dikerjakan anak.

Bantulah anak memahami apa yang harus dikerjakan dengan membaca kembali tugas dari sekolah. Jika masih mengalami kesulitan, orangtua atau anak bisa menghubungi kembali guru melalui telepon, SMS, atau WA untuk meminta penjelasan tugas yang dimaksud.
ingatkan waktu dan Introspeksi

Ingatkanlah jadwal kegiatan dan waktu yang akan, sedang, dan telah digunakan anak.  Mengingatkan kegiatan yang sudah direncanakan bisa membantu mereka mencapai target.

Beberapa kegiatan yang sudah direncananakan kadang tidak bisa dikerjakan karena anak mengubah jadwal yang sudah dibuat. Ingatkanlah bahwa mengubah jadwal bisa dilakukan dengan menulis kembali perubahan pada jadwal yang sudah dibuat sehingga target-target kegiatan bisa dicapai.
Introspeksi atau ingatkan diri kita masing-masing, orangtua bukan orang yang serba tahu segalanya.

"Respon seperti ini bisa juga orang tua mengatakan kepada anak:
Maaf ayah (buda) belum punya jawaban untuk pertanyaannya itu, sekarang, mari kita cari bersama jawabannya dan kita diskusikan satu jam lagi dari sekarang?
Jika kita tidak mengerti tentang apa yang anak tanyakan, ingat banyak jalan menuju Roma, ini beberapa idenya.Lihat WA grup,
Tanya anak yang lain
Lihat internet
Tanya ke guru kelas, dan cara lainnya.
Refleksi dan Relasi

Orangtua bisa melakukan refleksi tentang apa yang sudah dilakukan bersama secara informal dengan mengobrol atau sambil makan malam atau cara lainnya
Bantu anak untuk melakukan refleksi tentang apa yang sudah dikerjakan pada hari itu. Lakukanlah refleksi dengan anak dalam aktivitas santai; sambil mengobrol di ruang keluarga, menjelang tidur, atau saat makan malam.

Jika anak diharuskan mengisi check list kegiatan atau semacamnya, bantu anak untuk melengkapi sebelum tidur.
"Refleksi bisa dilakukan mengaukan pertanyaan;
Bagaimana perasaanmu hari itu?
Apa yang sudah berhasil dilaksanakan dan apa yang belum berhasil?
Apa yang membuatmu senang, sedih kesal dan bahagia?
Dengarkanlah cerita mereka. Pujilah capaian anak-anak hari ini dan berikan komentar atau saran jika diperlukan.
Yang terakhir, ada enam hal penting dalam membangun hubungan yang positif dalam    mendampingi anak Belajar dari Rumah:
Membuat dan menerapkan aturan bersama;
Mengajukan pertanyaan positif jika ada sesuatu yang ingin diketahui tentang aktifitas anak;
Memberikan apresiasi setiap hal baik yang sudah dilakukan anak;
Mengkonfirmasi, bukan menghakimi atau memarahi anak jika ada hal yang menurut orangtua perlu diperbaiki dari anak;
Memberikan waktu sepenuh hati untuk anak-anak;
Memasang hasil karya anak di kamar dinding kamar atau tempat belajarnya sebagai bentuk apresiasi.
kita semua orangtua -baik yang di rumah (orangtua) maupun yang di sekolah (guru). Banyak sekolah yang masih menganggap keadaan ini normal, dengan memberikan tugas akademik terus-menerus.

Begitupun sebaliknya, banyak orangtua yang menganggap anak-anak mereka seharusnya mampu konsentrasi, belajar dan mengerjakan tugas, walaupun mereka tidak sedang dalam lingkungan belajar formal (sekolah).

Sekolah daring sekaligus juga menyingkap secara benderang posisi sekolah dalam kehidupan. Diakui ataupun tidak, kita telah terjebak dan 'terpaksa' menggunakan sekolah sebagai tolok ukur tunggal perkembangan anak-anak kita. Kecerdasan, bakat dan bahkan kreativitas anak hanya bisa dilihat dari perkembangan anak di sekolah. Hampir tidak ada perbandingan lainnya. penilaian yang layak. Kita lebih takut anak tidak mengumpulkan tugas daripada cemas dengan minat belajar mereka.

Kita ketakutan dengan prestasi akademik anak-anak kita, bukan perkembangan bakatnya. Kita lebih takut anak-anak tidak patuh pada aturan yang mereka tidak dilibatkan, sama sekali kita tidak takut mereka kehilangan daya kreatif dan berpikir kritis. Sebenarnya kita sedang mencemaskan diri kita sendiri, bukan anak-anak kita.

Mari kita benahi kecemasan kita, kita benahi ketidaksiapan kita. Mulailah dengan hati-hati. Jika kita (dewasa) saja membutuhkan waktu beradaptasi dengan masa pandemi, apakah kita pikir anak-anak tidak membutuhkannya? Mari menyusun jadwal dengan melibatkan mereka. Mari bicara dengan pihak sekolah. Perhatikan minat belajar mereka, gunakan metode yang paling mereka suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun