Mohon tunggu...
dohirul amri
dohirul amri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dohirul

Belajar menulis dan merangkai kata. Belum mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tenggelam Tertelan Bumi

16 Oktober 2021   20:00 Diperbarui: 16 Oktober 2021   20:05 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang ibu yang renta dan mata mulai kurang awas hanya bisa mendengar jerit rintihan. Amaak, sudah sampai sedada mak.. tolong mak. Amaak sudah sampai ke leher mak. Amaak.. tolong," jerit Dara jelita.

Sesal menyeyesakkan dada. Dara meminta maaf menagis pilu. sang ibu tiada bisa berbuat. Anak semata wayang yang digadang gadang kini ditelan bumi. Tanah lulue. tangis dan air mata buncah. sang ibu terduduk diseberang sungai tiada kuasa melangkahkan kaki hingga menjadi batu, batu menangis. menangisi anak terkasih. Menangisi keadaan dan penuh penyesalan. Kenapa hidup tiada berada. Duka begitu melekat melumuri hati membutakan mata dan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun