Seandainya suatu saat nanti kamu kelak menjadi orang tua, apakah sudah cukup pengalaman emosimu untuk menjadi pelajaran yang berharga yang kelak bisa kamu sampaikan kepada anak-anakmu nanti?
Seandainya suatu saat nanti anak perempuanmu akan jatuh cinta kepada laki-laki yang tidak kamu kenali sama sekali, sudah mengertikah apa yang menjadi pelajaran dan nasihat untuknya saat nanti?
Seandainya laki-laki yang jatuh cinta pada anak perempuanmu ciri-cirinya tidak seperti apa yang kamu harapkan, sudah cukup bijakkah kamu untuk bersikap kepadanya nanti? Barangkali mungkin laki-laki tersebut adalah laki-laki yang seperti kamu pada hari ini.
Seandainya anak laki-lakimu suatu saat nanti seperti kebanyakan anak laki-laki yaitu tertutup dan tidak terbuka, dia memiliki banyak masalah dan tidak berani menyampaikannya. Sebab keberaniannya itu tidak ada karena kamu tidak bisa menjadi orang tua yang mengajarkan arti berani dan mendukung serta mendorongnya untuk berani.
Seandainya suatu saat nanti anak laki-lakimu jatuh cinta. Seandainya suatu saat nanti anak perempuanmu juga mememdam perasaannya sembunyi-sembunyi, seperti kamu hari ini. Sudah cukupkah pengalaman emosimu hari ini untuk menjadi sumber pelajaran bagi anak-anakmu kelak? Perasaan kecewa, sedih, khawatir, cemas, dan segala hal yang harus kamu rasakan hari ini akan menjadi nasihat yang berharga bagi mereka, anak-anakmu. Memang tidak mudah dan menyenangkan menjalani seluruh emosi itu hari ini. Tapi demi mereka, bersediakah kamu belajar menjadi manusia yang sabar?