Mohon tunggu...
Robertus Marianus Narung
Robertus Marianus Narung Mohon Tunggu... Guru - Kabar Seputar Pendidikan

Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Ndoso, Desa Momol, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, NTT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter Penting untuk Generasi Milenial

3 Maret 2021   18:21 Diperbarui: 3 Maret 2021   18:38 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan dunia yang semakin hari semakin maju membuat tuntutan terhadap pendidikan semakin tinggi. Dunia pendidikan wajib mengikuti segala perkembangan yang ada agar mampu menyiapkan generasi masa depan yang mumpuni. 

Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini, terjadi beberapa kali perubahan kurikulum untuk menjawab tantangan zaman. Perubahan kurikulum itu tidak serta merta dibuat tetapi berdasarkan hasil survey ataupun penelitian dari tahun ke tahun. 

Akhir-akhir ini kita mendengar sebuah perubahan baru dalam dunia pendidikan adalah lahirnya kurikulum 2013. Kurikulum ini menggantikan dua kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Perubahan dan perkembangan dunia saat ini menuntut generasi milenial untuk menjemput perkembangan itu dengan sikap yang kreatif, inovatif, dan berkarakter. Generasi yang kreatif harus memiliki karakter yang baik agar dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang punya kreatif tetapi tidak berkarakter dapat menggunakan kreativitasnya untuk hal-hal yang buruk dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus dapat melahirkan generasi produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter melalui penguatan afektif, psikomotorik, dan kognitif yang terintegrasi. 

Pendidikan Indonesia di masa lalu jika kita berkaca pada masa yang telah dilewati lebih mengutamakan perkembangan pengetahuan siswa. Sebagai akibat dari hal itu adalah kurikulum cenderung berbasis pada materi ajar dan penilaian dalam bentuk tes. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masih berbasis pada materi. Hal ini terlihat jelas dari deskripsi kompetensi dan penilaian sekolah untuk menentukan kompetensi siswa. 

Upaya memperbaiki hasil belajar melalui Kurikulum 2013 merupakan angin segar bagi perkembangan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 melalui tiga pilar utamanya yakni komptensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan diharapkan dapat dipakai secara tepat untuk menghasilkan generasi cerdas yang beriman sesuai tujuan pendidikan nasional. 

Tujuan pendidikan nasional dimuat dalam Pasal 3 UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mendeskripsikan tentang pengembangan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Tujuan tersebut seharusnya dicapai dengan upaya yang terencana dan sistematis melalui pendidikan di sekolah. Kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh sekolah di ruang kelas dan di luar ruang kelas seharusnya membentuk siswa untuk memiliki karakter. Karakter yang dimaksud adalah beriman kepada Tuhan, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang bertanggung jawab serta cinta tanah air (Sani, 2017: 27). 

Kurikulum 2013 menekankan pada pentingnya pembentukan karakter siswa. Standar kompetensi lulusan yang dipakai dalam kurikulum 2013 diharapkan mampu membentuk karakter siswa, baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. 

Rumusan kompetensi dalam kurikulum 2013 secara umum terkait dengan afektif siswa seperti pribadi yang beriman, memiliki rasa percaya diri yang baik, berakhlak mulia, mampu bertanggung jawab dalam berinteraksi dalam kelompok kecil ataupun masyarakat, mampu berinteraksi secara efektif dengan alam sekitar, dan dunia. 

Pembentukan karakter tersebut harus dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Sekolah bukan hanya sebagai tempat menimba pengetahuan tetapi juga sebagai tempat untuk membentuk generasi yang berkarakter. Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013 merupakan suatu keharusan. Peserta didik dinyatakan lulus tidak hanya dinilai dari segi kemampuan kognitif dan psikomotoriknya tetapi juga afektif. 

Pembentukan karakter atau sikap bergantung pada kepribadian masing-masing peserta didik. Peserta didik memiliki sifat bawaan yang dipengaruhi oleh keluarga atau masyarakat. Pengembangan sikap dan karakter peserta didik tidaklah mudah. Peserta didik memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda sehingga penanganannya pun harus hati-hati. 

Menurut Klausmeler (1985) yang dikutip Sani (2017: 30-31), ada tiga metode belajar dalam rangka pembentukan sikap yakni mengamati dan meniru, menerima penguatan, dan menerima infomasi verbal. Pertama, metode mengamati dan meniru merupakan proses yang secara langsung melalui pengamatan dan peniruan. 

Banyak perilaku manusia yang merupakan hasil belajar melaui model yakni dengan mengamati dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh. Peserta didik mengamati dan meniru orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh seperti orang tua atau tokoh-tokoh sosial dalam kehidupan masyarakat. 

Berdasarkan kondisi tersebut, guru perlu memberikan keteladanan dalam bersikap dan berperilaku, baik dalam aktivitas di sekolah maupun di masyarakat. Guru menginginkan peserta didiknya disiplin, jujur, bertanggung jawab, peduli, dan menghargai orang lain, maka guru harus memberikan contoh sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab, peduli, dan menghargai orang lain juga dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, menerima penguatan yakni pembentukan sikap dengan cara penguatan atas perilaku yang ditunjukkan. Penguatan dapat berupa hadiah atau pujian atau hukuman jika melakukan kesalahan atau pelanggaran. Tanggapan siswa akan semakin kuat ketika diberi ganjaran atas sikapnya sehingga sikap yang diharapkan akan semakin terbentuk. Melalui cara penguatan ini, peserta didik akan menerima nilai yang menjadi pegangan.

Ketiga, menerima informasi verbal yakni pembentukan sikap dengan menyampaikan informasi tentang berbagai hal yang disampaikan secara lisan atau tulisan. Pembentukan sikap dan perilaku generasi muda atau lebih akrab disebut peserta didik dapat dilakukan dengan mengajaknya berpikir tentang sebuah kondisi yang terkait dengan dirinya. 

Sikap yang perlu dibentuk adalah kejujuran, sopan santun, tanggung jawab, disiplin, peduli terhadap orang lain, mencintai tanah air, menghargai orang lain, dan membantu sesama. Semua sikap itu telah tertuang dalam komptensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013. Namun kembali lagi pada pernyataan awal bahwa guru harus melaksanakan kurikulum itu dengan tepat dan benar.

Melihat perubahan dan tuntutan saat ini, tidak ada alasan bagi guru, orang tua, atau masyarakat untuk pesimis demi kemajuan pendidikan nasional. Tanggung jawab perubahan karakter anak-anak didik tidak hanya diletakkan pada pundak pendidik tetapi juga orang tua dan masyarakat. 

Kementerian pendidikan juga akhir-akhir ini telah melakukan sosialisasi Asesmen Nasional melalui Bimtek dan Diklat online tentang Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang dinilai akan semakin kuat untuk membentuk karakter peserta didik. Asesmen Nasional memiliki tiga poin dasar yakni Asesmen Kompetensi Minimum yang mencakup literasi dan numerasi, survey karakter, dan survey lingkungan belajar. Satu hal yang menarik dari program baru pemerintah ini adalah survey karakter. 

Survey karakter dirancang untuk mengukur pencapaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa karakter atau sikap untuk mencetak profil pelajar Pancasila. Program pemerintah ini sejalan dengan Kurikulum 2013 yang juga menekankan kompetensi sikap dalam proses pembelajaran. Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan nasional diharapkan mampu meningkatkan jumlah generasi milenial yang berkarakter, inovatif, kreatif, dan produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun