Mohon tunggu...
Otak atik berita
Otak atik berita Mohon Tunggu... -

kalem, suka baca berita lucu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepedaku, Onthelku

12 Desember 2011   19:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:25 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sore itu, lupa tepatnya kapan. Seingatku sebulan lalu.aku jalan-jalan mengitari kompleks perumahan bersama anakku. Saat lewat samping kantor RW, kulihat sepeda tua terongok. Karena dasarnya aku suka sepada, aku mampir periksa. Bannya kempis, pelknya udah karatan demikian pula setan stirnya. Tapi masih layak pakai. Untung saat itu ada seorang bapak kusapa dan mengaku pemilik sepada tua itu.

“Pak, sepeda ini tak dipakai?..”

“Masih” jawabnya singkat. Akupun penasaran. Kutawar dengan harga Rp 400.000.

“Uh, kalau mau Rp 1 juta” katanya ketus. Akupun tak menyerah, lantas merongoh dompetku.

“Nah aku punya duit Rp 600.000, aku akan perliatkan kepada bapak ini uang Rp 500.000” batinku.

“Bapak, aku hanya punya duit Rp 500.000” kataku seakan tak terlalu butuh. Tampaknya bapak itu berpikir. Ia mendekatiku sambil berkata “Boleh silahkan ambil” katanya. Akupun menyerahkan uang Rp 500.000. Dengan hati gembira aku menuntun sepeda tua karatan berwarna hitam sambil mendudukkan anakku di boncengan belakang. Hatiku begitu senang mendapat sepeda tua. Demikian pula anakku yang perempuan berumur 3 tahun, tersenyum senang duduk diboncengan.

Sore itu, hingga petang, aku membersihkan dan kutenteng sepeda itu ketempat tambal ban. Syukurlah, rupanya kedua bannya tak bocor, hanya tak ada angin. Kuperiksa merk sepeda itu, hmm Made in Hercules & co Britani, Birmingham. Tentu saja merk itu yang ada di depan dibawah Stan setir, aku bersihkan. Kini sepeda yang tak berdaya di samping kantor RW dulu itu, jadi sepeda kesayanganku.

Jelang sore, akupun membonceng anakku keliling kompleks, setelah membelikan dudukan buat boncengan anak di tengah, bahannya terbuat dari rotan. Alangkah gembiranya anakku tiap sore aku membawanya berkeliling dengan sepeda tua. Akupun senang, otot-otot pahaku makin kencang, perasaan terasa makin perkasa J

Kebahagian itu rupanya juga dirasakan oleh istriku. Ingin rasanya aku membonceng istriku ke kantornya. Tapi, dengan hiruk pikuknya kendaraan bermotor di Jakarta ini, itu hal yang mustahil, apalagi koridor buar pengendara sepeda tak ada. Tak ada penghargaan buat pengedara sepeda untuk berangkat kerja di Kota metropolitan ini.

Setelah membeli, sepada tua “Hercules” akupun dapat rezeki lagi. Dan, aku ke pasar rumput, Manggarai, membelikan anakku sepeda bekas seharga Rp 350.000, padahal di toko yang baru harganya mencapai Rp 1 juta. Anakkupun ingin tidur dekat dengan sepedanya. Bangun pagi ia mengendarai sepedanya dan ke tempatnya sekolah yang hanya sepelemparan batu dari rumah, ia mengendarai sepeda itu yang disangga rodadi kiri kanan.

Keberuntungan lagi, ketika aku mengendarai onthel itu, aku ditelpon oleh teman dan dijanjikan sebuah proyek. Ah, riang hati ini, puji syukurpun selalu kupanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Mungkin barang bekas yang tak terpakai ada pula rezekinya, selain anak. Oh sepeda tuaku, oh ontelku....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun