Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penyuka seni dan olah raga tetapi belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, Selandia Baru.

Penikmat tulisan, foto, dan video

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kebijakan Publik: Malu Bertanya, Sesat di Jalan

14 November 2019   09:07 Diperbarui: 18 November 2019   10:36 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logic model dan theory of change penting untuk diperhatikan dalam setiap pembuatan kebijakan. Tahap demi tahap dari hasil yang terjadi harus dapat diperkirakan sehingga bisa mengantisipasi dampak negatif.

Tentunya suatu kekeliruan jika sebuah kebijakan ternyata tidak menciptakan dampak yang diharapkan. Jika kegagalan bisa dilihat sejak awal ketika proses mendesain kebijakan, maka kebijakan itu sesungguhnya tidak perlu dikeluarkan atau harus dimodifikasi. 

Para pembuat kebijakan pun akan terhindar dari rasa malu dan tanggung jawab moril di kemudian hari.

Menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk menggunakan logic model dan theory of change dalam menilai dan menjawab pertanyaan semisal, "Apakah sistem finger print berhasil meningkatkan produktivitas pegawai? Apakah razia hotel melati bisa mengurangi praktik prostitusi?"

Juga dengan misteri, "Apakah operasi tangkap tangan bisa mengurangi korupsi? Apakah banyaknya tugas yang dibawa pulang oleh siswa dapat meningkatkan kemampuan akademiknya? Apakah operasi patuh rutin lalu lintas membawa perubahan pada perilaku berkendara serta ketaatan berlalu-lintas?"

Kita punya segudang pertanyaan lain yang jawabannya akan sangat berguna dalam memperbaiki kualitas kebijakan-kebijakan di masa mendatang. Jangan berkutat pada contoh di atas, itu hanya sampel untuk mengambil filosofinya. 

Poin utamanya adalah, jangan malu mempertanyakan diri sendiri apalagi membuatnya tabu. Pepatah lama berbunyi: "malu bertanya, sesat di jalan". Rancangan kebijakan yang kurang mempertanyakan hasil pada setiap tahapannya memiliki peluang besar untuk tersesat dalam perjalanannya.

There are known knowns. These are things we know that we know. There are known unknowns. That is to say, there are things that we know we don't know. But there are also unknown unknowns. There are things we don't know we don't know. (Donald Rumsfeld)

*dimuat juga di birokratmenulis.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun