Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penyuka seni dan olah raga tetapi belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, Selandia Baru.

Penikmat tulisan, foto, dan video

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan Verbal Tidak Menguntungkan Siapa Pun

5 Oktober 2018   17:03 Diperbarui: 5 Oktober 2018   18:01 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Sejak 2014 kondisi sosial menegang (saya enggan menggunakan ungkapan "suhu politik memanas" karena ketegangan bukan lagi hanya di pusaran perpolitikan). Entah karena kandidat cuma dua atau sentimen suku, agama, ras, dan golongan, atau terkait mata pencarian, saya tidak tahu. 

Hanya orang-orang yang bersangkutanlah yang tahu pasti motif di hati mereka. Yang jelas masing-masing pribadi merasa benar karena mendukung sosok yang dirasa benar. Sah-sah saja. Tidak ada yang boleh keberatan sejauh tidak menyikut fundamen NKRI yaitu Pancasila dan kebhinnekaannya.

Mengenai Ratna Sarumpaet yang jadi trending topic baru-baru ini, saya memang tidak suka dengan beberapa aksinya di beberapa kesempatan. Itu hak azasi saya juga yang tak boleh dirampas sejauh tidak menyerang yang bersangkutan secara personal. Tetapi saya menghargai Ratna sebagai seniman akting kawakan, ibu dari Atiqah Hasiholan, dan mertua dari Rio Dewanto yang juga aktris dan aktor berbakat negeri ini.

Terkait kesalahannya dalam "drama penganiayaan palsu", kita sudah mendengar permintaan maaf melalui televisi. Entah apa pun sebenarnya yang terjadi di balik layar, saya belum sampai pada posisi untuk melakukan peyelidikan apalagi justifikasi. Siapa saya? Cuma rakyat jelata nan awam. Sementara yang ingin dibahas adalah percaturan politik tingkat dewa. Belum kapasitas, ah...

Bahwa sudah menjadi tuntutan agama, apa pun, untuk memaafkan orang yang bersalah. Soal konsekuensi hukum dan administrasi, setiap kelompok manusia memiliki aturannya masing-masing dalam organisasi yang disepakati bersama. Biarlah aturan berjalan sebagaimana mestinya, tetapi secara kemanusiaan baiklah kita bertindak sebagai mahluk yang beradab dan beragama. 

Tidak ada agama yang mengijinkan perbuatan kekerasan terhadap sesama, baik fisik maupun verbal, kecuali tindakan hukum yang sudah ditetapkan oleh Tuhan atau negara. Kata-kata kasar, celaan fisik dan ras, atau meme-meme hinaan hanya akan melukai rasa kemanusiaan kita yang murni.

Dalam konteks mahluk berjuluk "manusia biasa", kekerasan hanya memperanakkan kekerasan yang lain, cacian akan mengundang cacian balasan, dan hinaan tidak akan mendatangkan simpati. Mengapa saya sebut "manusia biasa"? Karena hanya nabi dan orang-orang luar biasalah yang mampu membalas hinaan dengan doa berkat. 

Sebagai manusia kebanyakan, tidak mungkin kita berhasil mengajak orang menyetujui pendapat kita dengan melontarkan ejekan. Tidak mungkin mengajak orang datang kepada Tuhan dengan cemoohan. Demikian pula halnya dalam pilihan politik.

Saya adalah penggemar Manchester United sejak 1994, sebelum mereka ke puncak kejayaan, dan masih penggemar hingga kini saat mereka terhuyung-huyung di kelas medioker. Apakah mungkin saya mengharap simpati pendukung Liverpool dengan cara mengejek klub kesayangan mereka dan merendahkan manejer beserta pemain-pemainnya? Padahal tidak ada perseteruan yang nyata antara klub dengan klub yang lain. Yang adalah permusuhan antara suporter dengan suporter, fans dengan fans. 

Jika tidak dikelola dengan baik, fanatisme penggemar yang dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan klub dan  sponsor itu bisa terperosok ke penganiayaan yang merenggut nyawa. Fanatisme pendukung yang dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan elektoral capres dan para sponsor itu bisa berujung pada "tawuran" massal di masyarakat.

Stop violence, kick-out racism, dan fair play adalah nilai-nilai sakral dalam sepakbola yang harus dijunjung tinggi pada setiap pertandingan. Berhentilah berbuat kekerasan, baik secara verbal apalagi fisik, tendang jauh topik SARA dari media sosial, dan dukunglah pujaan kita secara patut tanpa menghujat pujaan teman yang lain dalam setiap pertandingan politik yang kita hadapi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun