Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Resesi 2023: Investasi di UMKM Menjaga Harapan

28 Oktober 2022   08:48 Diperbarui: 31 Oktober 2022   08:01 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UMKM yang memproduksi kerajinan tangan. (SHUTTERSTOCK/BASTIAN AS)

Para pakar ekonomi memperkirakan adanya resesi ekonomi global di tahun 2023. Resesi adalah keadaan dimana aktivitas ekonomi menurun untuk waktu yang relatif lama. Aktivitas ekonomi yang rendah akan merugikan perusahaan-perusahaan dan membentuk lingkaran setan dengan penurunan daya beli, pengurangan pegawai, pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.

Resesi 2023 disebabkan oleh faktor kombinasi, mulai dampak pandemi Covid-19, hutang negara-negara, hingga perang Rusia-Ukraina. Ketika sendi-sendi perekenomian belum seluruhnya pulih dari kerugian parah selama pandemi, datang hantaman susulan berbentuk inflasi yang dipicu kenaikan harga minyak dunia dan pembatasan perdagangan internasional. Dunia usaha pun diprediksi kembali goyah.

Inflasi di Amerika Serikat pada bulan September 2022 tercatat di angka 8,2%, setelah sempat mencapai 8,3% (US Inflation Calculator, 2022). Ini disebut inflasi terparah AS dalam 40 tahun terakhir. Bertahun-tahun sebelumnya, inflasi AS berkisar di antara 0,7 hingga 2,3 namun melonjak hampir tiga kali lipat di tahun 2021 ke angka 7%.

Ekonom Nouriel Roubini memperkirakan bahwa resesi akan dimulai di AS pada akhir 2022 sebelum menyebar ke berbagai negara (Pransuamitra, 2022). Ekonom yang pernah akurat memperkirakan krisis tahun 2008 ini mengatakan bahwa resesi 2023 akan berlangsung panjang dan buruk. Salah satu indikatornya adalah rasio hutang swasta dan publik terdahap PDB yang tahun ini mencapai 350%.

Terlilit hutang dan produktivitas menurun, sedikitnya dua negara telah mengalami kebangkrutan yakni Lebanon dan Sri Lanka. Belasan hingga puluhan negara lain diperkirakan menyusul bangkrut akibat meningkatnya biaya pinjaman dan inflasi.

Ilustrasi UMKM (Gambar: Hassan/Pixabay)
Ilustrasi UMKM (Gambar: Hassan/Pixabay)

Bakal ada 143 negara yang tidak mencapai target pertumbuhan ekonomi di tahun 2022. Demikian pendapat Managing Director IMF, Kristalina Georgieva. Per Oktober 2022, pertumbuhan ekonomi secara global hanya berkisar di 3,6% dari prediksi sebelumnya sebesar 4,9% (Word Economic Forum, 2022).

Peluang Indonesia

Namun pengamat juga melihat bahwa Indonesia punya peluang terhindar dampak resesi global. Sebabnya, aktivitas ekonomi yang terlihat masih tinggi menjelang akhir 2022 ini. PDB Indonesia hanya sempat turun di tahun 2020 (US$ 1.059 triliun) tetapi kenaikan di tahun 2021 (US$ 1.816 triliun) telah melebihi PDB tahun 2019 (US$ 1.119 triliun).

Sejak tahun 2000an kenaikan PDB Indonesia memang terus naik tajam, menjauhi grafik negara tetangga Thailand, Malaysia, dan Singapura yang lebih landai. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kwartal II tahun 2022 adalah 5,4% dan diperkirakan naik ke 5,5 - 6,11% (YoY) di kwartal III (Putri, 2022; Rachman, 2022).

PDB Indonesia 1970-2021 (Sumber: WordlBank)
PDB Indonesia 1970-2021 (Sumber: WordlBank)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun