Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Air Minum dan Logika Sederhana NZ

26 Februari 2021   17:24 Diperbarui: 4 Maret 2022   10:32 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keran air siap minum (Tap Water) di halaman Kantor Wali Kota Lower Hutt

Pada umumnya alasan masyarakat memilih AMDK adalah tentang kebersihan dan kualitasnya. Keyakinan mereka bahwa AMDK lebih aman sebagian besar dipengaruhi oleh iklan dengan label "murni" atau "alami". Professor Janet Hoek, dari University of Otago New Zealand, mengatakan bahwa label-label itu tidak memiliki dasar ilmiah atau memenuhi standar apa pun tetapi berhasil mempengaruhi minat konsumen (Castles, 2018). Penelitian yang dilakukan Castles terhadap 22 botol air mineral di NZ menunjukkan kadar pH, fluor, klorida, dan alkalin sangat beragam yang tidak lebih baik dari air keran bahkan beberapa sampel justru lebih buruk.

Pertanyaannya, jika swasta bisa mengolah air sedemikian rupa untuk siap minum, mengapa pemerintah tidak bisa? Ada biaya pengolahan sehingga konsumen menggantinya dengan pembelian? Ya, tentu saja. Masyarakat juga bisa mengganti biaya pengolahan itu dengan pajak atau retribusi.

Kebersihan dan kualitas air

Di NZ, Air minum dipantau oleh Kementerian Kesehatan mengacu pada Standar Air Minum yang telah ditetapkan. Pasokan air minum diuji secara teratur untuk mengetahui kandungan bakteri, protozoa, dan kontaminan kimia untuk memastikan keamanannya.

Pengambilan dan pengolahan air minum juga dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menjaga kebersihan dan kualitasnya. Program pengendalian hama dan hewan dilakukan secara aktif guna menjaga kesehatan air. Oleh karena itu, lokasi pengambilan air dibuat steril, tertutup untuk umum. Jangankan ada hunian atau pertanian, dilewati kendaraan saja tidak boleh. Misalnya di area pengambilan air di Sungai Wainuiomata di Wellington, jalan sudah ditutup untuk umum sekitar dua kilometer menuju lokasi.

Warga memang masih bisa berjalan kaki untuk menikmati alam, termasuk menyusuri sungai tetapi tidak boleh dimasuki kendaraan bermesin. Mobil petugas sendiri harus dibersihkan setiap kali memasuki area untuk mengantisipasi kemungkinan adanya hama atau penyakit tumbuhan yang menempel.

Kendaraan petugas dibersihkan sebelum memasuki lokasi pengambilan air
Kendaraan petugas dibersihkan sebelum memasuki lokasi pengambilan air

Di samping melindungi sumber air dari kontaminasi, area steril itu pada saat yang sama memberi ruang tinggal yang sangat kondusif bagi flora dan fauna. Area itu pun pada saat yang sama berfungsi sebagai konservasi. Suasana yang asri dengan kelestarian hewan dan tumbuhan membuat aktivitas rekreasi di daerah itu menjadi lebih menyenangkan. Begitulah semua aspek saling mendukung dan menguntungkan satu sama lain.

Bersantai di areal pengambilan air Wainuiomata setelah berjalan kaki
Bersantai di areal pengambilan air Wainuiomata setelah berjalan kaki

Standar kualitas air minum di NZ diatur secara nasional dalam Amandemen Undang-Undang Kesehatan (Air Minum) 2007, sementara standar penanganan sumber air minum diatur dalam Undang-Undang Manajemen Sumber Daya 1991.

Prinsip yang dipedomani NZ adalah "memaksimalkan kualitas sumber air untuk meminimalkan pengolahan air" (Greater Wellington Regional Council, n.d.).

Logikanya sederhana saja, kualitas dan kebersihan air dijaga sejak dini agar tidak memerlukan terlalu banyak pengolahan. Di samping memakan biaya, semakin banyak pengolahan air dengan keterlibatan teknologi, termasuk zat kimia, tentunya memberikan dampak yang semakin tidak baik untuk kesehatan tubuh. Ah, logika yang biasa saja sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun