Selepas pulang haji, Pak Burhan bukan main-main dalam beramal. Mulai dari shalat tepat waktu hingga tadarusan di mesjid diluar bulan Ramadhan. Aku lihat, Pak Burhan juga sering bersedekah walaupun hanya sayur hasil dari kebunnya. Dahulu ia juga gemar berbagi, walau air sumur di rumahnya.Â
Pak Burhan adalah mantan pensiunan perwira. Ia telah mendedikasikan hidupnya selama tiga puluh dua tahun untuk negara. Ia tidak pernah menolak jika atasan menempatkannya di manapun. Berbeda dengan teman lainnya akan mencari jalan untuk bisa bertugas di kota besar.Â
Pria berjambang itu tidak menyukai tawar menawar dalam bertugas. Walau ayahnya adalah seorang jendral berbintang. Mulai tawaran hingga sogokan ia tolak mentah-mentah. Pantang baginya bernegosiasi dalam mengabdikan sebagai tentara.Â
Ia sempat menjalin cinta dengan seorang gadis. Gadis itu bernama Kendis Siliwangi. Nama agung keturunan dari ayahnya seorang raden. Gadis cerdas berstatus sebagai mahasiswa kedokteran dari kampus terbesar di kotanya. Cantik dan pendiam adalah wanita idaman Burhan. Terutama Kendis sangat cuek jika disapa para lelaki. Semakin Kendis menolak untuk diajak berkenalan, Burhan semakin suka dan penasaran. Gadis itu memang beda dan sangat diinginkan.Â
Pada suatu hari, Burhan mendapati Kendis sedang membaca majalah di bawah pohon taman kota..ia sendiri hanya berdua dengan cemilan kentang. Burhan hafal jika gadis itu selalu duduk di kursi itu setiap Minggu. Maka ini kesempatannya untuk mengungkapkan isi hati.Â
Diam-diam Kendis memperhatikan Burhan dari kejauhan. Ternyata gadis itu suka dengannya juga. Mengapa, Kendis merasa Burhan sangat misterius. Saat bertandang mata Burhan akan memalingkan pandangan. Sama-sama menyukai hal-hal yang berbau misterius.Â
Sampai waktunya tiba, Burhan telah mendapat tugas di pelosok desa. Kendis akan ia kirimkan surat yang mungkin akan dibalas olehnya. Benar, saat surat itu sampai, Kendis membacanya. Ia tersenyum malu sambil membayangkan betapa bahagia jika bersuamikan oleh Burhan. Namun, tiba-tiba para serdadu Belanda datang dan menyodorkan peluru ke arah punggung Kendis. Ia tidak tahu jika pria berkulit putih itu, diam-diam telah masuk ke rumah. Kendis berteriak dan lari ketakutan. Ia mendapati ayahnya telah terbujur kaku di bawah meja. Ibu dan adiknya disekap di gudang tinggal ia dan seorang pembantu. Tidak ada cara lain selain menerima pinangan pria itu. Kendis memang menolak karena mereka hanya ingin mengejar harta sang ayah, dan mencintai Kendis hanya nafsu birahi. Tapi mau bagaimana, jika tidak adik dan ibunya akan mati.Â
Burhan lama menunggu balasan dari Kendis. Ia putus asa terutama ketika ia melihat Kendis berperut besar saat Burhan kembali ke kota. Kali ini, ia memohon untuk dikembalikan ke desa. Burhan patah hati dan semenjak itu ia yang taat berubah menjadi tidak beragama. Namun, hidayah membuka jalannya. Sehingga ia ke tanah suci meski di sisa hidupnya ia sendiri tanpa kekasih.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI