Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sama Kamu, Aku Berani Deh...

21 Juni 2021   08:29 Diperbarui: 21 Juni 2021   08:37 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dan pengolahan dokpri

Ketika vaksinasi mulai dilakukan dan berita dimana-mana, kebanyakan berita adalah tentang gimana reaksi orang-orang yang mendapat giliran disuntik.
Mungkin maksudnya untuk menguatkan yang belum atau meragu divaksin selain unsur lucunya.
Mereka ada yang memberi reaksi penolakan. Ada yang dari awal nolak-nolak, teriak-teriak atau malah lari pas suntikan sudah siap.
Beruntungnya ada sekitar yang siap memegangi dan menenangkan mereka.

Lucu sih...
Apalagi ada beberapa dari orang-orang yang secara tubuh dianggap jauh dari takut sebab tinggi besar.
Ternyata, badan rambo hati rinto...

Cuman, buat saya yang penakut ini, berita, foto atau video semacam itu makin membuat saya keder.
Langsung kebayang di kepala suntikan yang biasa untuk nyuntik itu.
Aduh... Jadi seperti langsung merasakan makjusnya...
Gara-gara ini sempat maju mundur juga ketika sudah mulai nyari-nyari segala kemungkinan.

Siang itu, saya melihat di beranda FB ini, laporan beberapa teman FB yang melaporkan dari lokasi kesiapan mereka divaksin.
Ada yang sengaja mengirim video saat lengannya dimasukin benda mungil itu. Saya sempat begidik.

Malamnya, saya ditelepon untuk siap divaksin esok paginya.
Wadidaw...
Bunyi jantung mendadak lebih cepat dari biasa.
Beberapa saat galau tingkat tinggi bikin saya jadi nggak karuan.

"Udah tenang saja... Kan sama kami juga," ujar yang memberitahu.
"Jangan kuatir Njar... Ditemenin kok..," seorang sahabat menenangkan meski dia sendiri mendapat vaksin di tempat yang beda.

Akhirnya hari itu, ditemani mereka dan didukung Mas Renjana, saya beranikan diri.
Selama ngantri, kepala mengusahakan berpikir yang baik-baik saja. Beberapa teman lain juga menguatkan. Termasuk menggoda juga.

Saat antrian dipanggil, ngomong pada diri sendiri, semua akan baik-baik saja.
Pas berhadapan dengan petugas yang memvaksin, saya minta izin megang pinggiran kursi dan bersiap doa.
"Tenang saja, Bu... Nggak sesakit yang dikira kok."
Saya berusaha senyum, memulai doa.
"Dah, Bu... Selesai..."

Lho??!!
Doa saja baru mulai. Ketegangan juga mulai rada naik.
Kok malah suntikannya nggak kerasa?

Mata saja mencari si teman yang bersama dan sudah duluan divaksin.
Dari jauh rupanya dia tetap memperhatikan lalu dadah-dadah dan acungkan ibu jarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun