Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KerinduanKu PadaMu Takkan Tergantikan

29 Mei 2021   16:56 Diperbarui: 29 Mei 2021   16:57 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung gereja yang mungkin besar dan megah mendadak sepi. Saat melewatinya pun terasa kesepian dan kesendirian tanpa ada umat di dalamnya. Dan, semua ini pun dirasakan pula oleh gembala umatNya, dalam hal ini adalah para Pastor, biarawan/biarawati serta petugas gereja yang sekian lama sebelum pandemi setia bersama melayani umat. Semua kerinduan ini kadang tak terbendung dan tidak bisa terbayar bahkan dengan setiap hari mengikuti ekaristi streaming melalui media youtube.

Pastor yang Tidak Mau Streaming

Pada awal-awal pandemi, ketika alternatif misa streaming itu marak dijalani dimana pun sehingga bisa dipilih dimana kita suka atau mau, seorang Pastor yang saya kenal baik paling tidak mau menerima permintaan misa jenis satu ini. Waktu itu alasannya alat pendukung belum cukup dan ia tidak siap untuk misa seperti itu.

Iya sih... Bisa dibayangkan jika ia memimpin misa sendiri sementara umatnya entah dimana hanya terlihat dalam sekotak layar monitor yang bisa jadi isinya adalah orang-orang dari segala penjuru dunia adalah sebuah misa yang diharapkan sempurna. Tidak ada kendala banyak terutama dari segi teknologi. Padahal jika cuaca atau kondisi lain sedang melanda, siapa yang tahu.

Dokpri Mei 2021
Dokpri Mei 2021

Namun, beberapa hari lalu, saat saya dan dua orang adik membantu seorang Pastor misa streaming untuk sebuah komunitas, saya jadi mengerti mengapa Pastor yang saya ceritakan di atas pernah kekeuh menghindari misa streaming.

Dalam aura khusuk misa yang hanya dihadiri kami berempat termasuk Pastornya, dalam sebuah ruangan yang tidak besar terasa benar bahwa keterbatasan itu sungguh memberi nuansa beda. Ada keharuan, pesta yang Tuhan adakan, begitu sepi. Tamu yang biasanya berbondong-bondong datang, kini hanya sedikit saja. Bukan karena tidak mau, tetapi karena memang masih harus taat menjaga protokol kesehatan.

Dokpri Mei 2021
Dokpri Mei 2021

Perasaan itu semakin tak terhindari begitu beliau berkotbah di depan meja altar dengan menghadap laptop sementara kami rada jauh di belakang laptop itu. Beliau seperti menghadapi benda mati, tanpa reaksi dan interaksi. Apalagi kemudian ketika lagu-lagu pujian dikumandangkan lagi, yang bernyanyi dari pihak komunitas, kami hanya mendengarkan sebab tidak tahu lagunya. Kok, berasa aneh... Benar-benar merasa sebuah kejauhan yang tidak biasa.

Meski secara pribadi saya sungguh bersyukur, Tuhan seperti sudah menyiapkan perangkatNya agar saat harus terjadi gejolak yang juga dialami seluruh dunia ini anak-anakNya tetap bisa berusaha dekat denganNya, tetap saja..., sebuah perjumpaan yang menguatkan antara umat berimah dalam kasih Tuhan tidak bisa digantikan oleh teknologi. Kekusyukan yang mungkin sudah diusahakan diciptakan tidak jauh berbeda kalau kita misa seperti biasa, tetap ada yang kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun