Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putus

7 Mei 2021   16:39 Diperbarui: 7 Mei 2021   16:40 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: russelloliver.co.uk

"Tidak ada yang menanggung biaya hidupmu."

"Ndil!" Seruku agak keras. Gengsi juga Rindil mengatakan begitu. "Jangan begitu. Selama ini kita kan saling berbagi. Saling memberi dan menerima."

"Ninok. Ninok. Kamu ini sadar atau ngelantur?"

Aku berjalan menuju pinggir jendela. "Tidakkah kamu mau mengingat lagi perjalanan cinta selama hampir tiga tahun ini? Tentang hari yang begitu indah yang kita lalui berdua. Tentang  janji-janji dan cerita cinta. Tentang pertama kali bertemu, teman-teman yang menjodoh-jodohkan. Tentang ...."

"Aku nggak peduli, Nok!" Kali ini suara Rindil lebih keras. "Aku nggak peduli dengan gombalan sumpahmu. Kamu sudah menyusahkanku sekian lama. Menyesal sekali tiga tahun bersamamu ternyata membuatku semakin terpuruk."

"Tapi, Ndil....."

"Dengarkan aku dulu!" Rindil bertolak pinggang, tepat dihadapanku. "Aku juga nggak peduli dengan rayuanmu agar Sabar, Kikis, Dira, Amin, Ivi, dan semua teman teman yang menjodoh-jodohkan kita dulu mau mendukungmu.  Aku nggak akan terpengaruh dengan mereka yang kamu minta membelamu itu. Keputusanku Cuma satu. Putus. Titik. Nggak ada bujuk membujuk lagi." Rindil segera keluar kamarku. Sementara suara dan rayuan akhirku tak mampu menahan langkahnya. Dia berlalu begitu cepat.

Tinggal aku sendiri meratapi nasib. Nasib tentang berakhirnya angan indahku. Saat mata tak sengaja memandang kalender yang tergantung, aku baru tersadar. Sekarang tanggal 16. Tanggal terakhir melunasi uang kos. Padahal penyangga hidupku sudah pergi.

Lalu siapa yang akan membayarnya......????????

***

(Majalah HAI no 13/XXI/8 April 1997)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun