Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Toilet Anget Pilihannya

7 Juni 2019   09:29 Diperbarui: 7 Juni 2019   09:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke rumah salah satu kenalan yang lebih senior, seperti ada di negara antah berantah.
Selain belum pernah ke sana, sebenarnya saya mengandalkan gojek supaya bisa mengantarkan sampai ke rumah senior itu dengan selamat. Rupanya harapan saya tidak terwujud. Tukang gojeknya belum paham jalan dan nggak bisa baca map. 

Ya sudah.... Selain bertanya kepada penduduk sekitar, mencoba membaca map yang ada juga jadinya. Meski daerah itu sebenarnya sama sekali asing buat saya.

Sudah begitu, dalam perjalanan mencari alamat itu, sempat  eyel-eyelan pula sama tukang gojek. Feeling saya bilang perjalanan masih harus lurus, turun ke bawah, dia bilang sudah mentok jalannya. Malah minta saya buat turun dan cari jalan lain. Bahkan ketika feeling saya benar, ternyata dia masih sempat ngeyel bahwa rumahnya masih di depan. Padahal sudah di depan mata. Eleuh...

Sekelar menyelesaikan transaksi dengan si babang gojek, begitu di depan rumahnya, bingung harus ngapain.
Hihi... Iya, saya norak banget karena nggak ngerti tempat mencet bel dan setelah mencet ngapain?

Rupanya nunggu yang di dalam bertanya dan kita menjawab di sana. Belakangan tahu ada banyak CCTV di sekitar rumahnya. Pantas saja, yang punya rumah sudah berpesan agar saya menunggu dulu di depan rumahnya dulu. Ternyata maksudnya itu.

Begitu kaki masuk ke dalam rumahnya, mata saya ganti terbelalak melihat beberapa kendaraan bergengsi miliknya yang berjejer rapi. Selain kendaraan beroda empat, ada juga yang beroda dua dan berjenis besar. Saya pikir, kalau saya yang naik, bisa nggak kelihatan sayanya. Saking besar nya motor itu.
Setelah sempat merasakan naik kendaraan bermerek seorang sahabat yang sudah sukses, sekarang bisa lihat sendiri, elus-elus kendaraan lain yang juga jangan tanya soal harga. Mungkin nanti kalau si senior melihat tingkah saya di CCTV miliknya, bisa geleng-geleng. Segitunya si saya ini hehe...

Sebentar saya menunggu tuan ruamh menyelesaikan tugasnya dulu. Tak lama, bersamanya, saya diajak keliling rumahnya yang unik.
Bentuknya rumahnya rada aneh. Nggak seperti biasa. Katanya mirip setengah lingkaran. Wah... Dulunya bentuk rumah itu seperti rumah atau sekolahan lama. Tidak ada sentuhan moderen apalagi bel yang tadi sempat bikin saya termangu. Tapi, yang punya rumah punya selera sendiri buat mengatur rumahnya yang dulu cuma bangunan biasa. Jauh dari kesan hommy seperti sekarang. 

Ada dua tingkat yang akhirnya dia renovasi. Dua kamar yang ada di atas, ditempati oleh anak-anaknya. Kesan rapi dan betah memang langsung terlintas dan melekat atas rumah kediaman itu.

Puas berkeliling rumahnya, kami duduk-duduk di meja makan dekat ruang tamunya. Sembari menikmati hari, kami ngobrol ngalur ngidul. Kebetulan, karena kami saling mengenal sudah lama, jadi segala cerita yang terlontar, seperti nyambung saja. Bahkan dalam sebuah cerita yang sudah lama sekali kejadiannya, saat kami sama-sama masih kuliah dulu. Tetap bisa nyambung. Tidak aneh kalau putaran waktu jadi tak terasa.

Dari obrolan kami juga, saya jadi tahu, keluarga ini adalah keluarga yang bahagia dengan pilihan dirinya sendiri.Bukan hanya karena saran orang. Mereka bisa mengkombinasikan atara saran orang lain dan keinginan atau usaha sendiri. Bahkan ada beberapa hal yang ternyata 100% memang pilihan atau usaha mereka sendiri. Apa yang dikatakan orang lain bukan berarti tidak terima. Namun, mereka bisa mengetahui sungguh apa yang mampu dilakukan tanpa harus merasa terpaksa.

Nggak sekali dua kali saya dengar cerita  yang tak menyenangkan di telinga soal keluarga ini. Nyatanya, mereka sama dengan keluarga lain, tetap mengutamakan kebahagian keluarga dan dirinya dengan cara mereka sendiri. Ada kebijakan atau hal lain yang memang dianggap lebih pas buat keluarga mereka hingga bisa seperti sekarang. Bukan sim salabim seperti yang bisa jadi dianggap orang lain.
Kata orang yang begini begitu, tidak mereka ambil pusing.
Toh dalam pergaulan mereka tetap bisa kemana dan dengan siapa saja. Tidak memilih. Termasuk kepada saya yang benar-benar merasa beruntung boleh datang ke rumah mereka.

Sebelum pulang, saya hendak ke WC dulu.
Ada yang tidak bisa ditahan. Si tuan ruamh mengarahkan saya ke WC tamu di depan supaya dekat.
Begitu di dalam kamat mandi, duduk di toilet, kok ada yang anget.
Aduh... Takut ada apa-apa, sempat kepikiran aneh.
Apalagi semua perlengkapan WC itu berbahasa Jepang, yang menandakan barang-barang itu dibeli dimana. Mana saya ngerti tulisan kanji begitu. Alhasil saya nyoba ngira-ngira saja, berharap tidak salah.
Ketika selesai, saya cerita sama yang punya rumah, mereka ketawa. Bukan karena melihat kenorakan saya, tetapi ternyata mereka punya alasan kenapa hal itu ada di dalam kamar mandi tersebut.
"Itu memang dibuat anget. Biar pas nyetor aman dan betah..."

Nah lho...
Betah lama-lama di WC?
Waduh...

Untung saya inget waktu. Selepas malam mulai memberi kode, bersama tuan rumah yang juga hendak keluar rumah, saya meninggalkan rumah dan keluarga yang memberi saya sebuah pelajaran lain di lebaran ketiga itu. (anj19)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun