Mohon tunggu...
Ben Subchan
Ben Subchan Mohon Tunggu... Penulis - Waktu dapat merubah apa saja, termasuk diri kita

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Memimpin Layaknya Menyusun Nada Pada Partitur

23 Mei 2020   17:15 Diperbarui: 23 Mei 2020   17:21 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.orchestrastory.com/id

Kepemimpinan itu seharusnya juga memenuhi persyaratan seni, disamping persyaratan lain dan visi yang harus dirancangnya.  Layaknya seorang musisi, pemimpin itu juga butuh partitur untuk menuliskan dan menyimpan nada-nada, sehingga musik yang diciptakan sebagai tujuan (visi) diharapkan dapat mengabsorb ke relung hati pendengar. Ritmiknya dapat mengalun masuk pada syaraf motorik, pendengar kemudian dapat  bergerak sendiri mengikuti alunannya.  

Partitur ini dapat juga disamakan dengan proses membangun kebijakan, membutuhkan pemikiran, catatan, renungan, data dan input lainnya sehingga kekuatan kebijakan itu bukan saja melekat pada sisi operasionalnya tapi juga menyentuh hati dan kerelaan masyarakat untuk mengikutinya. Dan tentunya tidak ada lagi nada diluar partitur itu.

Ibarat "rule", ada semacam kepastian irama yang kemudian disampaikan, tidak ada lagi nada tercecer kemana-mana. Pendengar merasa digiring pada satu nuansa musik dan dapat dinikmati dengan baik, bahkan biaya yang mungkin saja harus dikeluarkan dari pendengarpun tidak terasa memberatkan. Ada semacam hipnosis secara kolektif namun semua sugesti dapat dilakukan, sesuai dengan tujuan (visi) bermusik tadi.

Saat ini orkestra bernegara dalam menghadapi Covid 19 seolah tidak menemui paduannya. Partiturnya kacau, banyak nada berceceran, musik yang dihasilkanpun tidak jelas sehingga masyarakat bingung. Apa yang diucapkan berbeda-beda tidak satu irama, sehingga lebih cocok dibilang bising. Yang mendengarpun bingung. Pemerintah pusat dan daerah harusnya membangun orkesra simfoni yang dikomandoi oleh isyarat tangan dan tubuh dari seorang konduktor yang handal. Tidak justeru saling memainkan akord dan interval masing-masing yang terdengar tidak harmonis.  

Pemimpin itu adalah ibarat seorang konduktor/ dirigen.  Kerumitan orkestra dapat menyatu dalam alunan simfoni yang indah. Kompleksitas alat musik, tangga nada dan kemahiran musisinya melahirkan perpaduan irama musik yang indah. Pemain musik yang berbeda dapat memahami nada-nada yang dimainkan mengikut partitur secara baik. Soul-nya dapat. Pendengar pasti akan riuh rendah, sorak sorai menikmati setiap musik yang dialunkan. Semua beban pendengar menjadi hilang seketika dan kenikmatan berada dalam panggung negara yang menyajikan tampilan yang syahdu menyimpan isyarat kebersamaan dan kedamaian yang dipimpin oleh seorang konduktor tadi.

Bernegara memang tidak sama dengan berpanggung, karena begitu banyak kepentingan yang ada di dalamnya. Dan tentu tidak semudah yang dinarasikan, namun ada persoalan yang dapat dianalogikan sebagai nada yang tersusun dalam partitur ketika kebijakan dinarasikan secara tidak harmonis. Sehingga berujung pada kebingungan masyarakat untuk menjalaninya. Kita dapat melihat ketika kebijakan protokol kesehatan berdasarkan Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan Covid 19 yang tidak diindahkan.

Harmonisasinya tidak terskenario dengan baik, sehingga muncul saling kritik antara kepala daerah dengan para menteri, munculnya informasi yang mengambang sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda  di tengah masyarakat seperti munculnya perbedaan mudik dengan pulang kampung, berdamai dengan Covid 19 dan pelonggaran PSBB. Pembiaran keramaian di suatu tempat, sementara ditempat lain dibiarkan, kesan yang muncul adalah nuansa ketidakadilan dalam bertindak dan juga munculnya tagar Indonesia terserah sebagai bentuk satire dari tenaga medis sebagai garda depan menangani wabah saat ini.

Justeru saat ini, sebaiknya kita tidak saling berbenturan, jika semua gerakan dan tindakan merupakan satu arah dari komando yang tegas layaknya seorang konduktor/ dirigen yang penuh wibawa. Nada-nadanya telah kita rumuskan bersama, tinggal memainkan iramanya melalui alat musik masing-masing yang telah dikuasai. Layaknya sebuah pertunjukan, semua pemain seperti pemain biola, pemain piano, pemain drum, dan penyanyi, mereka semua mengetahui peran mereka masing-masing. Hasilnya adalah sebuah harmoni yang baik. Dan Jiwanya akan dirasakan dan dibawa kedalam pertunjukan itu sendiri.

Mungkin kita sangat kagum ketika Seorang Raisa menyanyikan musik "Could it be" atau Indra Lesmana menyanyikan "Aku Ingin" dengan genre khas jazz yang dibawakannya namun dibalik itu ada sebuah perumusan dan penulisan tangga nada dengan partitur sedemikian rupa, sehingga muncul lagu yang enak didengar dan serasa sempurna. Kita sangat berharap para pemimpin bisa berkolaborasi dan dapat menyusun kebijakan layaknya seperti sebuah partitur, dan tidak ada lagi nada-nada yang tercecer. Dan kita berharap juga dapat memainkan panggung orkestra  "Padamu Negeri" dengan harmoni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun