Mohon tunggu...
Ben Subchan
Ben Subchan Mohon Tunggu... Penulis - Waktu dapat merubah apa saja, termasuk diri kita

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Ramadan Akan Tetap Tersenyum”

1 Mei 2020   22:11 Diperbarui: 1 Mei 2020   23:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini handphon Budi bergetar, nada deringnya tidak biasa. Handphon itu memang tidak lagi bisa dibilang baru, tapi memorinya berisi banyak foto dan video bernilai kenangan.  Aneh, nadanya saat ini tidak biasa, mungkin ada yang sengaja mengganti nadanya.

Budi mengangkat handphon itu, dengan penasaran dan ragu bilang "Halo, ini siapa..?". Lalu dari Handphon itu terdengar jawaban "Ini Ramadhan, apa kamu lupa suara aku, Budi?". Entah apa yang membuat Budi gemetaran, Handphon ditangan itu hampir saja terjatuh. Namun Dia berusaha menahan diri agar tidak terkesan bergetar. "Eh.. Ramadhan ya..?, maaf setahun tidak jumpa, nomormu udah tidak tersimpan di handphon aku.. tapi aku masih ingat suaramu lho..." jawabnya supaya tidak terkesan bersalah. " Tapi nada deringmu terdengar beda kan..? Ramadhan menyambung. "Iya..iya.. kok bisa ya", Budi makin kikuk.

Dialog itu berakhir dengan satu pesan bahwa Ramadhan akan berkunjung nanti ke rumah Budi. Banyak kebaikan dari Ramadhan bagi kehidupan Budi. Perubahan sikap Budi dari yang biasanya kurang baik menjadi sangat baik. Ramadhan memberikan gambaran cara hidup berbeda pada Budi. Budi kemudian melihat gallery di handphonnya, menatap foto wajah Ramadhan yang penuh wibawa, juga ada terlihat sebagian orang tidak dikenal menyelinap dalam lembar foto itu, seolah ingin menatap wajah Ramadhan. Memang tidak aneh, Ramadhan memang selalu mendapatkan tatapan harap setiap orang. Menawan memang wajahnya,  Budi sendiri sulit melukiskan keindahan wajah Ramadhan.

Budi terbangun dari lamunannya. Apakah Ramadhan nanti akan memberikan perubahan lagi terhadap dirinya. Budi tidak sadar, ada bulir bening mengalir dari sudut matanya. Jika mengingat kenangan tahun kemaren, Budi selalu menjadi sentimen. Bukan karena sejarah hidupnya yang kelam, tapi karena perubahan hidupnya yang dia sendiri tidak percaya, "jika tahun kemaren aku tidak jumpa Ramadhan, mungkin akan selamanya dosa ini menghukum aku", gumam Budi dalam hati.

Budi memang telah berubah, sekarang dia menjadi marbot mesjid. Tidak lagi mengurus banyak keculasan yang dia jalani saat jadi preman pasar itu. Sejak menjadi marbot mesjid, hidupnya jadi tenang, dia belajar banyak tentang agama. Bergaul dengan banyak santri-santri. Sudah pandai mengaji dan azan bahkan sesekali menjadi imam. Apalagi jamaah mesjidnya bisa dibilang cukup ramai.

Beberapa hari ini dia sangat sedih, mesjid tempat dia bekerja ditinggalkan jamaah, karena wabah penyakit yang cukup mematikan. Takut berjamaah, karena virus itu sangat mudah menularkan penyakit. Orang-orang seolah menjadi tidak ramah lagi, seolah curiga satu sama lain takut tertular. "Mudah-mudahan Ramadhan dapat merubah semua ini", Gumam Budi. Keramahan Ramadhan pasti buat setiap orang merubah pandangannya terkait penyakit ini.

Hari ini Ramadhan akan datang, Budi membersihkan mesjid dan perkarangannya. Budi menginginkan usahanya bersih-bersih ini dapat menyambut kedatangan Ramadhan dengan baik dan istimewa. Budi juga tidak lupa membersihkan diri.

"Tok..tok..." pintu mesjid diketuk, "Itu pasti Ramadhan" sambil berlari kecil Budi membuka pintu mesjid. Tidak salah, Ramadhan langsung berhadapan dengan wajah Budi. "Alhamdulillah.... Akhirnya kita bisa jumpa lagi Ramadhan", tapi saat ini mesjid sepi. Maafkan aku tidak bisa menyambutmu bersama dengan para jamaah, tidak seperti tahun yang lalu" Budi terlihat menyesal dan murung.

"Sudahlah Budi.. Aku tahu semua yang terjadi pada jamaah", dengan penuh wibawa Ramadhan bicara. "Mereka menghindari mesjid karena bukan tidak ingin bertemu dengan aku, tapi karena wabah ini yang membuat mereka harus menghindar dulu. Aku yakin iman mereka tidak akan berubah, nanti pasti akan ramai lagi ke mesjid, mudah-mudahan Allah SWT mengangkat wabah ini dengan cepat".

Beberapa hari berlalu, ramadhan tidak seceria tahun lalu. Budi memperhatikan ada yang berbeda dengan wajah ramadhan. "ah.. mungkin itu perasaan aku saja. Aku akan tetap buat ramadhan ceria, mesjid ini harus aku hiasi dengan bacaan Al-qur'an, aku akan selalu bersihkan, agar ramadhan selalu bahagia. Aku akan umumkan agar setiap orang tidak lupa menyemarakkan rumah-rumah mereka dengan lantunan ayat suci Al-qur'an". Budi tahu betul, ramadhan sangat senang dengan bacaan ayat suci itu. Budi bertekad akan selalu membuat ramadhan tetap tersenyum....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun