Masih segar di ingatan saya---beberapa musim lalu, Barcelona terlihat seperti klub besar yang kehilangan arah. Utang menumpuk, performa di lapangan anjlok, dan kepergian Lionel Messi menjadi pukulan telak yang membuat banyak orang bertanya: "Apakah ini akhir dari era kejayaan Blaugrana?"
Tapi Jumat dini hari tadi, saya menyaksikan sesuatu yang benar-benar emosional. Di RCDE Stadium, Barcelona tampil seperti tim yang sedang menulis ulang takdirnya. Mereka menaklukkan RCD Espanyol 2-0 lewat aksi Lamine Yamal dan Fermin Lopez. Kemenangan ini mengunci gelar juara La Liga musim 2024/25---dua pekan sebelum liga berakhir.
Dan bukan itu saja. Barcelona musim ini menggila. Mereka menyapu bersih semua trofi domestik---Copa del Rey, Piala Super Spanyol, dan La Liga. Tiga gelar. Tiga bukti bahwa klub ini bukan hanya bangkit, tapi melesat dengan kekuatan baru.
Yang bikin lebih manis? Mereka mengalahkan Real Madrid di semua pertemuan musim ini. Ya, semua!
Madrid Dibantai Berkali-Kali: El Clasico Tak Lagi Seimbang?
Saya ingat betul bagaimana hype El Clasico musim ini begitu tinggi. Tapi hasilnya? Barcelona 4-0 di Bernabeu. 4-3 di Montjuic. 5-2 di final Piala Super. 3-2 di final Copa del Rey. Empat kali menang, total 16 gol bersarang ke gawang Madrid.
Bagi fans Blaugrana seperti saya, ini bukan hanya kemenangan. Ini penebusan. Setelah beberapa tahun jadi bulan-bulanan dan bahan olokan, kami akhirnya bisa menegakkan kepala dan berkata: "Kami kembali."
Di sisi lain, saya bisa bayangkan betapa frustrasinya fans Madrid musim ini. Bukan hanya karena gagal juara, tapi karena kalah telak di setiap pertemuan melawan musuh bebuyutan mereka. Sebuah tamparan yang pedih.
Hansi Flick dan Generasi Baru La Masia
Salah satu sosok paling penting di balik kebangkitan ini tentu saja pelatih baru, Hansi Flick. Ia datang tanpa banyak sorotan, tapi bekerja dalam diam. Menanamkan disiplin ala Jerman, memercayai pemain muda, dan membangun ulang struktur permainan dari nol.