Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tanpa Batas Usia: Inklusivitas Dunia Kerja atau Beban Baru Rekrutmen?

16 Mei 2025   07:00 Diperbarui: 15 Mei 2025   15:43 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ribuan pelamar kerja mengantre untuk dapat masuk ke dalam lokasi Bursa Kerja yang digelar Dinas Tenaga Kerja Kota Batam di Batam, Kepulauan Riau, Senin (7/11/2022). Foto: Teguh Prihatna/Antara Foto (kumparan.com)

Beberapa hari terakhir, publik dikejutkan oleh pernyataan Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, yang mengusulkan penghapusan batas usia minimal dalam syarat lowongan pekerjaan. Sekilas, ini terdengar seperti kabar baik—terutama bagi para pencari kerja yang selama ini merasa terhalang hanya karena umur belum genap atau malah dianggap terlalu tua untuk memulai lagi.

Menaker menegaskan bahwa langkah ini bertujuan menghapus diskriminasi usia dalam proses rekrutmen. Prinsipnya jelas: pekerjaan harus terbuka bagi siapa saja, tak peduli usia, selama mereka memiliki kemampuan. Tapi benarkah semudah itu?

Usia: Syarat Administratif atau Penyaring Sosial?

Selama ini, batas usia dalam lowongan kerja dianggap hal yang lumrah. Kita sering membaca iklan lowongan bertuliskan “usia minimal 21 tahun” atau “maksimal 30 tahun”. Tidak jarang pelamar kerja yang kompeten tersingkir bahkan sebelum sempat menunjukkan kemampuannya, hanya karena angka di KTP.

Namun bagi dunia usaha, batas usia bukan sekadar angka. Menurut Bob Azam dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), pembatasan usia justru berfungsi sebagai penyaring awal yang efisien. Dalam kondisi pasar tenaga kerja Indonesia yang sangat padat—di mana satu lowongan bisa diincar oleh ribuan pelamar—pembatasan ini menjadi salah satu cara mengurangi beban proses seleksi.

"Masalahnya bukan soal usia, tapi kurangnya lowongan kerja. Tanpa filter seperti usia, proses rekrutmen bisa semakin berat," ujar Bob dalam satu media briefing Apindo.

Saatnya Berubah?

Kita tidak bisa menampik bahwa semangat di balik usulan pemerintah ini patut diapresiasi. Di era yang menuntut fleksibilitas dan keterbukaan, kemampuan seharusnya menjadi ukuran utama dalam rekrutmen, bukan umur. Apalagi sekarang, batas-batas usia tidak lagi relevan dalam banyak bidang kerja, terutama yang berbasis digital dan kreatif.

Contohnya, banyak anak muda usia 18 tahun sudah jago ngoding, membuat desain, atau bahkan membangun startup. Di sisi lain, tak sedikit orang berusia 40 tahun ke atas yang ingin banting setir, belajar lagi, dan bekerja di bidang baru. Sayangnya, mereka sering dihadang syarat usia dalam iklan lowongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun