Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kenapa Pabrik China Lebih Memilih Vietnam? PR Besar bagi Indonesia!

20 Maret 2025   09:00 Diperbarui: 20 Maret 2025   09:39 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasilitas di pabrik GAC Honda Automobile Co., Ltd (GAC Honda) di China. Foto: GAC Honda (kumparan.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pabrik dari China yang memilih merelokasi produksinya ke Vietnam. Fenomena ini semakin meningkat akibat perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS), yang mendorong perusahaan untuk mencari negara alternatif dengan kebijakan investasi yang lebih ramah. Sayangnya, Indonesia tampaknya tertinggal dalam persaingan ini. Apa penyebabnya dan bagaimana solusinya?

Vietnam Lebih Menarik bagi Investor, Kenapa?

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan, Bob Azam, salah satu faktor utama yang membuat Vietnam unggul adalah keberadaan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) yang telah lama mereka jalin dengan AS dan negara lain. Sebaliknya, Indonesia masih bergantung pada skema Generalized System of Preferences (GSP) dan belum menuntaskan negosiasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-UE CEPA) yang dimulai sejak 2016.

Selain itu, Vietnam memiliki tenaga kerja yang lebih siap dibandingkan Indonesia. Indeks modal manusia (human capital index) mereka lebih tinggi, sehingga perusahaan yang ingin berinvestasi di sana tidak perlu mengeluarkan banyak biaya tambahan untuk pelatihan tenaga kerja.

Tantangan Indonesia: Regulasi dan Infrastruktur

Meskipun Indonesia memiliki tenaga kerja yang melimpah, masih ada beberapa kendala yang membuat investor berpikir ulang untuk relokasi ke Tanah Air:

  1. Upah dan regulasi ketenagakerjaan -- Industri padat karya sangat memperhitungkan biaya tenaga kerja, sementara sistem pengupahan di Indonesia dinilai masih belum kompetitif dibandingkan Vietnam.
  2. Biaya informal tinggi -- Banyak investor asing mengeluhkan adanya biaya non-transparan seperti pungutan liar, mafia tanah, dan biaya pelicin yang membuat investasi lebih mahal.
  3. Minimnya perlindungan perdagangan -- Kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) di Indonesia masih sedikit, membuat industri dalam negeri kurang terlindungi dari serbuan produk impor.

Langkah yang Harus Dilakukan Indonesia

Agar tidak semakin tertinggal dari Vietnam, Indonesia harus segera mengambil langkah konkret:

  • Menyelesaikan FTA dengan negara-negara utama seperti AS dan Uni Eropa untuk menarik minat investor asing.
  • Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui program pelatihan keahlian spesifik, seperti welder (tukang las) atau tenaga pemeliharaan pesawat, yang sangat dibutuhkan di pasar global.
  • Meminimalisir biaya informal dengan menciptakan regulasi yang lebih transparan dan memberikan kepastian hukum bagi investor.
  • Melindungi industri dalam negeri dengan kebijakan perdagangan yang lebih pro-investor agar produk lokal bisa lebih kompetitif.

Vietnam telah sukses menarik lebih dari 600 pabrik mebel dari China dalam dua dekade terakhir. Jika Indonesia tidak segera melakukan reformasi di bidang regulasi, tenaga kerja, dan kebijakan perdagangan, maka peluang emas untuk menarik investasi besar bisa terus melayang ke negara tetangga. Pertanyaannya, siapkah Indonesia berubah agar lebih kompetitif?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun