Pagi itu, di ruangan kantor yang luas dengan jendela besar menghadap ke gedung pencakar langit, Arya menatap cermin besar di depannya. Sosoknya tampak sempurna, setelan jas hitam yang selalu terawat, dasi merah yang elegan, dan jam tangan mewah yang menggantung di pergelangan tangannya. Sebagai seorang pejabat publik, ia tahu betul apa artinya menjaga citra. Semua orang di luar sana memandangnya sebagai contoh teladan, seorang pemimpin yang penuh integritas.
Namun, ada satu rahasia gelap yang hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya---dan tentu saja, dia sendiri. Arya telah berselingkuh dengan seorang wanita muda yang bekerja di bawahnya. Wanita itu, Maya, bukan sekadar kolega. Ada chemistry yang sulit dijelaskan. Mereka bertemu di sebuah acara sosial, dan dalam percakapan pertama mereka, Arya merasakan ada ikatan yang lebih dari sekadar pertemuan profesional. Maya, dengan kecerdikannya, bisa membuat Arya merasa dihargai sebagai individu, bukan hanya sebagai pejabat.
Tetapi apa yang mendorong seorang pejabat seperti Arya untuk mengabaikan komitmen pernikahannya dan berisiko merusak citranya yang sudah dibangun dengan susah payah? Bukankah seorang pejabat seharusnya menjadi panutan dan menjaga kehormatan keluarganya?
Pada permulaan, Arya merasa bahwa kehidupannya telah terlalu terstruktur dan terikat pada rutinitas politik. Kewajiban untuk selalu tampil sempurna di depan publik, memenuhi ekspektasi masyarakat, dan menjalankan tugas sebagai pejabat sering kali membuatnya merasa terkurung. Ia lelah. Lelah menjadi figur yang harus selalu menunjukkan kebajikan dan kesempurnaan. Ada bagian dari dirinya yang merasa kosong, seolah terjebak dalam citra yang dia ciptakan.
Maya hadir sebagai pelarian, bukan karena Arya tidak mencintai istrinya, tetapi karena ia merasa istrinya---seperti banyak pasangan pejabat lainnya---terlalu sibuk dengan urusan sosial dan politik mereka sendiri. Komunikasi di antara mereka mulai retak, dan dalam keheningan malam, ketika Arya harus menghadiri acara gala atau rapat-rapat penting, dia merasa seperti sebuah mesin yang hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dunia luar, bukan kebutuhannya sendiri.
Namun, ada sisi lain dari perselingkuhan ini yang mungkin banyak orang tidak pahami. Di balik tirai kekuasaan, para pejabat juga manusia biasa yang penuh dengan tekanan. Mereka sering kali tidak punya ruang pribadi. Mereka dipaksa untuk tampil kuat, tetapi di dalam hati, mereka merasa lelah, kesepian, dan kadang merasa diabaikan oleh orang-orang yang seharusnya mendukung mereka. Maka, hubungan yang tidak terduga---seperti yang terjadi dengan Maya---menjadi pelampiasan dari ketidakpuasan yang terpendam.
Arya sering kali merenung, menilai keputusan-keputusan yang telah diambilnya. Ia sadar bahwa selingkuh bukanlah solusi, tetapi ia juga tahu bahwa itu adalah cara untuk mendapatkan kembali rasa dihargai dan dicintai. Namun, setiap kali ia berpikir untuk mengakhiri hubungan tersebut dan kembali fokus pada keluarganya, ia merasa perasaan itu terlalu dalam. Ada ikatan yang sulit untuk diputuskan.
Di luar sana, masyarakat menilai seorang pejabat berdasarkan image yang mereka ciptakan. Ketika kebenaran akhirnya terungkap---seperti yang sering terjadi dalam kisah-kisah serupa---pejabat itu akan dicap sebagai pengkhianat. Namun, apa yang sering terlupakan adalah perjuangan batin mereka. Apa yang terjadi jika rasa ingin dihargai dan dicintai lebih kuat dari kewajiban yang mereka pegang?
Arya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Maya, sadar bahwa harga diri dan citra publiknya lebih penting. Namun, bayang-bayang kesepian dan kebosanan tetap menghantuinya. Dia tahu, di dalam kesibukannya, ada harga yang harus dibayar untuk menjadi orang yang dihormati oleh publik. Tapi, kadang, ada bagian dari dirinya yang merindukan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa beban.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI