Mohon tunggu...
Benni Sang Senja
Benni Sang Senja Mohon Tunggu... Administrasi - Hitam putih kehidupan

Pengelana yang hanya singgah sejenak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Sunyi

13 Oktober 2020   14:31 Diperbarui: 13 Oktober 2020   14:37 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak semua bertumbuh dalam keramaian dan tidak semua bisa menikmati keramaian. Menyepi bukan berarti kesepian, menyendiri bukan berarti sendirian. Aku menikmati langkah-langkah sunyiku. 

Aku nyaman ketika hanya mendengar dentang jarum jam atau suara burung di kejauhan malam. Karena sering kali aku menemukan kembali diriku yang hilang dalam kesendirian dan kesunyian. Sedangkan dalam keramaian ia mengganti wajah dan bertingkah seperti orang asing bagiku. 

Aku tidak membenci dia atau aku yang dalam keramaian. Hanya saja selalu ada tertinggal rongga yang selalu mengangga yang mengundang ribu tanya. Itu membuatku sungguh tidak nyaman. 

Karena untuk menjawab satu tanya saja kadang aku harus bertarung dengan diriku sendiri. Dan pertarungan itu selalu meninggalkan luka. "Bila dalam kematian kita berjalan sendiri kenapa aku harus hidup dalam keramaian?"

Aku tidak tertarik untuk berteriak hanya agar aku di dengar, menari berputar hanya agar aku dilihat, tiupkan terompet sangkakala hanya agar aku menjadi pusat perhatian. 

Bukan tepuk tangan yang aku inginkan, bukan ribuan pasang mata terarah padaku yang buatku bergelimpangan adrenalin setelah sebuah performance yang megah. Bukan dentuman musik yang keras dan kerlipan ribuan lampu warna-warni hingga berada dalam sebuah narkosis yang mampu mengalahkan deruan kegelisahan dalam jiwa. Bukan, bukan itu!

Aku hanya butuh sebuah langkah, langkah dalam sunyi. Bila aku butuh keramaian aku hanya membutuhkanmu. Kamu yang mengenali kedalamanku, yang memahami duniaku yang kecil. 

Aku hanya ingin duduk berdua tanpa tatapan menghakimi, menghabiskan waktu dalam gelap bercerita tentang jiwa-jiwa kita hingga matahari terbit dari ufuk timur. Atau kita melangkah bersama dalam sunyi dan biarkan suara alam menjadi tempat kita bertukar cerita. Hanya kamu dan sebuah langkah sunyi, itulah duniaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun