Mohon tunggu...
Benjamin Simatupang
Benjamin Simatupang Mohon Tunggu... Lainnya - Ayah, suami dan anak

Just keep swimming!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Batara Simatupang : The Wandering Member of The Berkeley Mafia

23 Mei 2021   10:15 Diperbarui: 17 Februari 2024   18:00 2992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batara meninggalkan Indonesia tahun 1959 dengan mimpi dan harapan yang besar untuk bisa membangun bangsanya menjadi lebih baik. Namun kenyataannya, ia datang kembali ke Indonesia 25 tahun kemudian, sebagai seorang anak bangsa dengan cap "tidak bersih" oleh rezim Orde Baru yang berkuasa. 

Batara Simatupang dengan istri terkasih, Sekartini Markiahtoen (sumber: Facebook Togi Simatupang)
Batara Simatupang dengan istri terkasih, Sekartini Markiahtoen (sumber: Facebook Togi Simatupang)
Walau sudah berdamai dengan dirinya sendiri, apakah Batara memaafkan rezim Orde Baru? Entahlah.  Tidak aneh bila Batara masih sukar mengampuni rezim Orde Baru.  Sebagaimana juga dialami oleh manusia tanpa tanah air lainnya, Sobron Aidit (adik D.N. Aidit, ketua Partai Komunis Indonesia/PKI).

Dalam buku tipis "Catatan Spiritual di balik sosok Sobron Aidit" (BPK Gunung Mulia, 2005), diceritakan bahwa setiap kali Sobron mengucapkan bagian doa Bapa Kami mengenai pengampunan, seakan ada sesuatu yang menghambat kerongkongannya.

"Sepertinya saya berbohong saat mengucapkannya! Bagaimana saya mampu mengampuni orang yang sudah membunuh keluarga, teman dan sahabat saya...bahkan ratusan ribu sampai jutaan jiwa!"

Luka batin yang dalam membutuhkan pengampunan yang mendalam. Urusan ampuni -- mengampuni , maaf -- memaafkan sehubungan peristiwa G30S 1965 ini memang rumit dan kompleks.

Setelah Orde baru berakhir, hanya Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berani meminta maaf atas kesalahan masa lalu. Gus Dur meminta maaf kepada korban 65, orang-orang yang dituduh PKI dan keluarga yang dibunuh. Anehnya (atau justru tidak aneh?), banyak pihak yang mencela permintaan maaf Gus Dur. 

Permintaan maaf Gus Dur itu ditujukan kepada korban kekerasan pasca peristiwa G30S dan bukan kepada PKI (sumber foto : https://arrahim.id/cahyadi/upaya-gus-dur-merobohkan-tiang-tiang-oligarki-di-negeri-ini/
Permintaan maaf Gus Dur itu ditujukan kepada korban kekerasan pasca peristiwa G30S dan bukan kepada PKI (sumber foto : https://arrahim.id/cahyadi/upaya-gus-dur-merobohkan-tiang-tiang-oligarki-di-negeri-ini/
Okky Madasari (penulis novel dan kandidat S3 di Singapore) dalam tulisannya di Jawa Pos tanggal 16 Mei 2021, menyebutkan, "Dalam bukunya, Mea Culpa: A Sociology of Apology and Reconciliation, Nicholas Tavuchis mengatakan bahwa permintaan maaf seorang pemimpin hanya dilakukan untuk sesuatu yang tak bisa diapa-apakan lagi, namun akan selalu memengaruhi situasi hari ini dan masa depan. Seorang pemimpin politik hanya akan meminta maaf jika ia merasa kalau tidak minta maaf situasi hari ini dan masa depan akan semakin buruk. Masalahnya, ketika permintaan maaf justru membuat masyarakat ribut dan marah, buat apa seorang pemimpin minta maaf?" Negeri ini memang sepertinya masih akan lama untuk hidup dengan pembiaran atas para korban peristiwa 1965. 

Bulan Juni 2018 lalu Batara telah meninggal di Belanda, dalam usia 86 (Batara lahir tanggal 25 Mei 1932). Batara memang memperoleh kewarganegaraan Belanda sejak Maret 1984. 

ibadah penghiburan atas meninggalnya Batara Simatupang (sumber: sbsinews.com)
ibadah penghiburan atas meninggalnya Batara Simatupang (sumber: sbsinews.com)
Keadilan Bagi Korban 1965

Dalam kunjungan Batara tahun 2007 di Jakarta, diadakan pertemuan yang diprakarsai Sabam Sirait (politikus PDI-P), dan menghadirkan beberapa ekonom senior (antara lain Ali Wardana, Daoed Joesoef, Hari Tjan Silalahi, Adrianus Mooy, Thee Kian Wie, dll). 

Pertemuan itu dirangkum oleh Sabam Siagian dan ditampilkan dalam kolom "Catatan Jakarta" di harian Suara Pembaruan tanggal 9 Juni 2007, dengan judul "Pertemuan dengan Batara Simatupang". Sabam Siagian menuliskan bahwa salah seorang peserta diskusi menjuluki Batara sebagai "The wandering member of the Berkeley Mafia". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun