Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja yang Merdeka

17 Agustus 2022   08:18 Diperbarui: 17 Agustus 2022   08:20 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar https://pin.it/8VjSw0I

"Ya, begitulah, pasti ada yang berjuang dan ada yang berkhianat, di setiap negara pasti ada."

Pembicaraan nostalgia mereka sepertinya makin asik, setiap menjelang hari ulang tahun kemerdekaan mereka akan ngobrol saling bercerita dan mengulang kisah masa perjuangan para pahlawan merebut kebebasan tanah air dari kolonial. Kala itu mereka juga menyaksikan perang melawan penjajah.

Dari pandangan Tamen ia berpendapat bahwa penjajah harus dihadapi bila ingin benar-benar merdeka bukan lari dan sembunyi seperti anak-anak yang takut pada ulat bulu. Merdeka juga bukan berarti kebablasan yang malah akan membangun kerusakan atau kerugian orang lain, apalagi sampai menzalimi negeri ini.

"Men, sekarang apa-apa harus merdeka ya? Yang merdeka belajar, merdeka berkarya, semua minta dimerdekakan ini terus bagaimana? Mumet aku, hla istriku minta merdeka belanja loh, mateng aku."

Tamen hanya tergelak, lalu mengatakan bahwa ia pernah bergurau seolah meramal ketika masih remaja, kalau sudah merdeka nanti pasti ada yang kebablasan, apa-apa minta merdeka juga, termasuk merdeka menguasai isi dompet. 

"Hla iya Men, wong merdeka itu harusnya tidak ada beban to? Kalau masih ada rasa mengganjal ya bukan merdeka namanya."

"Hahaha, jangan khawatir kita ini sebentar lagi merdeka, No."  suara Tamen menahan tawa sampe serak."Kita wajib bersyukur masih diberi panjang umur untuk menjadi saksi pergantian zaman yang semakin berkembang dan maju."

"Sudahlah, kopiku sudah habis, itu mbahnya cucu-cucu nanti keburu nyusul ke sini, iya kamu enak sudah merdeka." Tugino pun pamit pulang, sebelum berlalu mereka berjanji tanggal 17 Agustus nanti akan menghormat bendera berdua di halaman rumah Tamen.

Pagi ini, mereka mengangkat kepala,memandang bendera yang berkibar gagah, ditemani hangatnya mentari pagi yang menyelinap dari balik pepohonan dan aroma melati yang menyegarkan. Merah putih adalah cinta yang tak pernah putus bagi negeri.

Agustus, 17 2022
Swarnahati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun