Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pemanggul Kopi di Etalase

6 Oktober 2021   12:04 Diperbarui: 6 Oktober 2021   12:06 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa kabar, Tuan?"

Aku mencoba membuka percakapan denganmu

"Ini bait-bait puisimu yang taksengaja tersimpan di dokumenku. Dan kutemukan ketika aku sedang berjalan-jalan di sana."

Beberapa menit kemudian kau menjawab dengan penuh kelakar, lalu menambahkan beberapa bait di akhir puisi.

Sebuah puisi lama yang tidak bisa kau jumpai lagi dalam laci catatanmu karena laci itu telah terkunci rapat. Mungkin kuncinya sudah dimakan kala. Hingga takbisa lagi terbuka.

Sayang sekali bukan? Semoga saja kutu-kutu tak membinasakan, atau berkarat seiring berjalannya waktu

Ini puisi Tuan, kupasang pada dinding sebuah ruangan, mungkin nanti ada yang ingin singgah dan membacanya.

Pemanggul Kopi di Etalase

Hujan pagi ini menyambut hari, di mana aku masih terjebak dalam kerinduan yang tiada tahu untuk siapa, namun kaki harus tetap kujejakkan pada bumi. Meski petir mengiringi, menggeliat memecah detak di dada, aku harus terus berjalan, tugasku masih berlapis-lapis. 

Belum jua terkikis saat kupandangi tukang becak menggigil di trotoar jalan menanti mentari datang menghangatkan menunggu penumpang, mengantar ke tujuan, menerima lembaran kusut sisa sebagai imbalan, itulah harapan berebut perhatian dengan anak jalanan yang berbasah kuyup menawarkan payung tertangkup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun