Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kangen Masakan Bu Lik dan Naik Perahu

9 Mei 2021   21:59 Diperbarui: 9 Mei 2021   22:00 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada kata mudik bagi keluarga saya karena rumah mendiang mertua hanya 2 km dan rumah mendiang idang tua saya hanya 24 km. Kami sering bergurau dengan anak-anak, yang lain mudik kita mulek. hehehe

Sebenarnya kami mempunyai jadwal rutin sebelum pandemi ke tempat kelahiran mendiang Bapak mertua di Tuban yang berbatasan dengan Babat,  rumahnya di pinggir aliran sungai Bengawan Solo.
Yang tinggal di sana tinggal adik Bapak mertua yang lain sudah tinggal di Malang

Dua kali lebaran kita belum bisa ke sana padahal sudah menantikan libur panjang dan bisa rame-rame datang. Tapi apa daya ada larangan warga +62 untuk bersilaturahmi secara langsung, ( sssttt ... tapi mengapa ada yang masuk negeri ini, apa karena mereka bukan mudik?) pandemi masih menakutkan.

Oke deh saya kirim surat terbuka buat Bu Lik di sana:

Assalmualaika Bu Lik

Bagaimana kabar di sana, kami minta maaf bila belum diberi kesempatan untuk berkunjung ke rumah Bu Lik. Sebenarnya kami sangat ingin datang dan menikmati suasana di sana seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi sepertinya rencana itu tertunda lagi. Bu Lik pasti memahami.

Alhamdulillah ya musim hujan kemarin air sungai bengawan Solo tidak meluap di desa Bu Lik,  saya selalu bertanya kabar Bu Lik dari sepupuh yang ada di sebelah rumah Bu Lik.

Bu Lik, nanti saat lebaran saya mau Video Call sama Bu Lik, numpang dari HP sepupuh itu ya.
Kami di sini sudah rindu masakan Bu Lik,  menikmati suasana warung Bu Lik yang ramai pembeli saat pagi untuk sarapan mereka.

Nasi pecel,  nasi campur, bali daging, tahu, dan telur,  serta rempeyeknya bagaikan menari-nari di pelupuk mata. Es Cendol Buk Tun serta gorengannya juga menggoda.
Apalagi sekarang sepupuh sudah pandai membuat donat dan burger yang dijual secara online, kami cuma ngiler melihat di story WA-nya.

Anak-anak paling kangen dengan naik perahu bersama Pak Lik,  berputar-putar menyusuri sungai sambil menunggu matahari terbit.
Suasana di sana memang membuat kami selalu kangen. Melihat orang-orang yang lalu lalang pulang dan pergi ke pasar Babat naik perahu. Waktu di sana begitu lama apa lagi ketika malam hari, mungkin karena sepi,  berbeda bila di kota yang terasa cepat.

Anak--anak juga kangen naik sepeda ontel Pak Lik untuk keliling kampung, masih ada kan?
Mungkin kami akan datang seusai lebaran nanti, entah satu atau dua bulan ke depan, setelah semua sudah baik-baik saja dan aman. Walau sudah tidak ada Bapak, in shaa Allah tali silaturahmi tetap kami jaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun