Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kupang Lontong Masih Mengena di Hati

13 April 2021   10:27 Diperbarui: 13 April 2021   15:36 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong Kupang| dokumen Swarna/dokpri

Hari ini pertama berpuasa di bulan suci,  kuiringi dengan doa agar bisa menjalani dengan baik dan lebih baik dari tahun kemarin. 

Pagi ini harus ke sebuah toko untuk membeli sesuatu, jauh tempatnya dari rumah, barang yang dibutuhkan yang saya tahu ada di situ saja yang terdekat dengan rumah. 

Sepanjang perjalanan melalui jalan Soekarno Hatta terlihat sepi dan lengang,  biasanya sudah berjajar pejuang ekonomi rumah tangga yang menjual berbagai makanan dan sarapan murah meriah. 

Mereka tidak berhenti berjuang,  hanya mungkin berganti jam tayang,  dari berjualan pagi menjadi sore, atau bahkan ada yang benar-benar tidak berjualan. 

Seperti cerita bapak penjual kupang lontong  yang saya beli dua hari lalu. Sebenarnya saya tidak sengaja melewati lapak penjual kupang, hanya kebetulan saja lewat terus spontan timbul  keinginan menikmati sebelum puasa menjelang. 

Lontong kupang atau kupang lontong ini makanan asal Sidoarjo memang kesukaan saya dari kecil,  tapi tidak suka dengan sate kerangnya,  ah rewel deh pokoknya saya ini soal apa yang dimakan,  geli saja makan kerang berasa berlari-lari saat digigit makanya tidak pernah suka. 

Kupang ini sebenarnya juga berasal dari binatang air tawar yang hidup dalam cangkang seperti kerang, ada ukuran kecil ada yang sedikit besar, saya lebih suka dengan yang kecil enak saat dikunyah.

Saat bapak penjual masih bersiap saya sudah menunggui dan memesan dua porsi agar tidak berebut, biasanya saya suka makan seporsi berdua (bukan hanya mesra tapi juga hemat he he) 

Bagi penyuka kupang lontong, kelezatannya sungguh begitu menggoda,  saat menunggu pesanan beberapa pembeli mulai berdatangan, saya amati para muda belia. Ternyata makanan khas ini masih diminati para milenial, tidak tergeser oleh makanan modern. 

Sambil makan saya kepoin bapak penjualnya,  melihat plat motor W berarti daerah Gresik atau Sidoarjo,  pikiran saya membayangkan si bapak asli sana terus berjualan di Malang pulang pergi. Ternyata rumahnya di Bululawang, sudah 16 tahun berjualan di dekat jalan Dieng di pinggir jalan raya. Istrinya yang asli Sidoarjo juga berjualan kupang lontong di dekat rumahnya. 

Bapak penjual yang bernama Pak Ali (terbaca di banner lapaknya) seminggu sekali membeli kupang ke Sidoarjo dengan menggunakan sepeda motor. Benar-benar pejuang ekonomi rumah tangga jauhnya Malang Sidoarjo membawa 15 kilo kupang hanya dengan bersepeda motor. 

Dalam sehari selalu habis kupang lontongnya,  memang kalau sudah rezeki takakan kemana, mungkin hanya saat hujan deras saja sedikit memakan waktu lama sampai dagangan habis terjual. 

Kupang lontong yang bumbunya mendadak ngulek ini memang khas, ada bawang,  cabe,  garam lalu petis diulek, beberapa potongam lontong dan kupang siap di siramkan,  tak ketinggalan sate kerang dan lentonya, setelah diberi perasan jeruk limau. 

Lento ini dari ketela yang diserut lalu dikepal dan digoreng,  sebagai tambahan lauknya. Ah,  nikmat sampai nambah seporsi lagi,  puas. 

Saat puasa sebulan penuh tidak berjualan lontong kupang hanya berjualan es degan saja di dekat rumahnya yang pasti laris manis ketika menjelang berbuka. Iya juga, tidak mungkin seminggu sekali harus ke Sidoarjo saat puasa dan makanan ini bukan tipe jajanan yang dilirik saat ramadan. 

Setelah menikmati satu setengah porsi lontong kupang,  saya ucapkan sampai jumpa sebulan mendatang. 

Ini cerita saya tentang makanan yang mendadak ingin saya lahap sebelum puasa kemarin. Selamat menikmati ibadah puasa di bulan suci  dengan bahagia untuk semua.

Salam

Ngalam,  13.04.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun