Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Hari Ibu

22 Desember 2020   13:58 Diperbarui: 22 Desember 2020   22:44 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kalau menulis judul di atas jadi ingat teman penulis di Kompasiana yang selalu mengawali judul yang akan dibahas dengan kata menyoal. Masalahnya, saya hanya ingin beropini saja di ruang ini. Tidak menyontek, paling ada sedikit mengulik takmengapa kan? 

Tentang Hari Ibu, menurut saya, sependek pengetahuan saya dari kalimat hari ibu merupakan peringatan penghormatan kepada seorang ibu, entah siapa tokohnya, yang penting dia seorang wanita atau perempuan. Semua lapisan masyarakat terutama yang awam seperti saya pasti tahunya peringatan Hari Ibu untuk para ibu. Mengakui adanya perjuangan seorang wanita atau perempuan, titik. 

Sebuah hal yang lumrah di kalangan masyarakat, jangankan saat ini beberapa tahun yang lampau pun, bila saat peringatan Hari Ibu saling memberi ucapan selamat pada para wanita yang sudah menjadi ibu. Bedanya, saat ini ada fasilitas media sosial,  yang mudah dilihat semua orang sedunia. 

Nah apa salah mengucapkan selamat Hari Ibu untuk ibu mereka?

Secara sengaja, saya sempatkan membaca kiriman email dari editor Kompas, walau tema yang dibicarakan bukan tentang hari Ibu tapi saya baca, siapa tahu ada informasi penting. sampailah pada arsip web, sungguh saya sebenarnya jarang klik arsip itu, entah kali ini ingin melihat. 

Masuklah ke Kompas.com, setelah membaca artikel Pak Wisnu, sampailah pada daftar artikel yang sedang up to date. Saya tertarik pada judul yang berhubungan dengan Hari Ibu,  saya klik, maka tahulah saya sejarah ditetapkannya Hari Ibu. 

Walaupun begitu bagi saya, tidak ada larangan untuk mengucapkan hari ibu pada orang tua masing-masing. Seorang Ibu adalah seorang wanita, seorang perempuan. Sejarah mengatakan tercetusnya hari ibu ketika Konggres Perempuan I berlangsung tahun 1928, tepatnya tanggal 22 Desember. 

Sejarah mengakui perjuangan para perempuan, maka seyogyanya peringatan Hari Ibu ke 92 ini, dilandasi perjuangan yang sungguh-sungguh dari kaum perempuan,  nah ibu juga kan?

Seperti saya cuplik dari Kompas.com, "Saya berharap perempuan-perempuan Indonesia sadar betapa berharga dirinya. Utamanya karena tidak pernah berhenti merawat perjuangan para perempuan Indonesia di masa yang lalu, dalam gerak sekecil apa pun, yang berarti melebihi apa pun." Ini lah harapan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawanti.

Sudah jelas bukan? Ibu adalah seluruh perempuan se-Indonesia, yang ada di wilayah Indonesia dan berdiri di tanah air ini untuk sebuah perjuangan. Apa yang diperjuangkan untuk saat ini? Oh banyak sekali terutama membangun pondasi yang kuat untuk menciptakan generasi yang berkarakter.

Tanpa dikomando, ibu-ibu jaman sekarang otomatis meneruskan perjuangan perempuan jaman dahulu. Dijelaskan dalam panduan peringatan hari ibu bahwasanya perempuan-perempuan Indonesia harus sadar bahwa  dirinya begitu berharga dalam gerak sekecil apapun. Apatah seorang Ibu tidak termasuk di dalamnya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun