Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berharap Guru Maya Seperti Google

12 Agustus 2020   13:07 Diperbarui: 12 Agustus 2020   13:10 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa Kabar Mas Nadiem?  Semoga sehat selalu ya tidak pening sepwning kami yang berusaha tetap nenjaga kesehatan lahir batin. 

Mas Nadiem,  saya  boleh ya cerita dan bertanya di sini? 

Ternyata guru itu saat PJJ ini kerjanya 24 jam ya?  Wah kasihan sekali tapi saat ada yang kesulitan pembelajaran dan bertanya jawabannya, "tidak setiap detik di depan hp".  Nah bagaimana ini Mas? 

Terus terang saya tidak memanfaatkan aplikasi 'bilik guru' yang berbayar itu, karena banyak alasan diantaranya ada harga he he he. Ya kami memang maunya dapat ilmu dari gurunya. Jadi PJJ itu dalam bayangan kami, guru standby bila ada murid bertanya.  Mau 50 anak atau 100 anak pun akan setia menjawab. Ternyata tidak demikian yang kami dapat. 

"Guru bekerja 24 jam,  dan tidak setiap detik di depan hp.  Sabar nggih pertanyaan pasti akan kami jawab bersama-sama. Mohon bersabar,  dan guru tidak bisa memberi les privat di luar jam sekolah,  karena sangat sibuk."

Saya jadi kasihan sama guru online, tapi juga kasihan pada siswa yang belum paham materi. Tadi guru juga mempersilahkan pada siswa untuk les dengan orang lain atau bimbel. Saya berpikir keras lagi Mas. Ah jadi begini kah proses belajar mengajar yang disebabkan oleh pandemi. 

Mungkin di sini ada yang bisa menceritakan bagaimana PJJ di tempat masing-masing.  Dan bagaimana bila ada siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami. 

Saya jadi keder juga Mas,  kalau PJJ sampai permanen. Lantas kalau guru 24 jam sibuk bahkan dengan dikejar laporan, sejatinya bagaimana untuk menjadi guru pendidik dan pengajar itu? Penuh dengan tugas laporan atau menangani siswa? 

Kalau saya cuma di kelas pupuk bawang Mas,  ringan-ringan saja, tapi kasihan di pimpinan yang harus pontang-panting melaporkan kelas mayanya.  

Ya pada akhirnya kelas Maya mulai tercipta,  guru Maya pun ada dan seterusnya. Tapi bila kesulitan, mencari sendiri, bertanya pada mbahnya Maya. Beberapa kali memang saya ngriwuk dan bertanya pada teman penulis di sini tentang materi yang tidak saya kuasai, tidak bisa menjelaskan pada anak,  wong saya sendiri diskalkula. Tidak cukup satu orang yang saya tanya, karena kesibukannya jadi bila lama tidak dibalas maka tanya ke lainnya. Ya saya sadar mereka bukan google yang siap sedia apa lagi gurunya. 

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana di pelosok bila belajar tidak ada tatap muka saat kegiatan belajar mengajar,  tidak ada fasilitas yang menunjang untuk daring, bila mereka tidak paham materi dan orang tua yang pendidikannya biasa saja, lantas akan bertanya pada siapa? (jangan jawab pada rumput yang bergoyang ya,  atau angin yang berhembus), semoga solusi segera kita dapatkan sama-sama,  sabar itu harus tetap berusaha kok. Bagaimana agar ilmu itu tersampaikan dan siswa mendapatkan haknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun