Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berselimut Rindu

14 Juni 2019   19:26 Diperbarui: 14 Juni 2019   19:41 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

/1/
Untuk sebuah alasan
Kadang tak ada jawaban
Di mana alamat kesejahteraan?
Aku ingin bertandang ke sana menagih janji
Pada sekolah istimewa
Anggotanya warga negara ini juga
Ia miskin, itu menurut standar kota

Aku dengar kesejahteraan bersaudara dengan keadilan, aku juga ingin menemuinya, meluahkan keluh kesah tentang sila-sila,
Apakah sudah disematkan dalam jiwa?
Ia hanya dibaca saat upacara
Kemudian menguap entah kemana

Butir sila jadi aksara tanpa makna
Pujangga menerima sebelum lelah dicerna
Ahk, bagaimana bisa ada tulisan di dinding muka?

Jas safari pamerkan senyum kesana kemari
Sekarang kuketuk hatimu.
Ada ribuan anak kembar bersaudara
Entah se ibu atau se bapak
Ia adalah anak
Ia hanya berharap dalam kedipan berat

Tak sempat sebatas
Esok masih ada harap
Atau seperti kiamat

/2/
Ia benar seorang ibu
Tak lelah mengaku ibu
Tak pernah menyesal dipanggil ibu
Dan, tak menyerah memikul dengan bahu

Dalam tatapan bening anak itu
Ia hanya mampu menghibur dalam senyum pilu
"Bu, kita berjualan di depan rumah saja, menghemat waktu dan tenaga, serta keuntungan."

Dan, ibu selalu punya seribu waktu
Dengan seribu nasihat sendu
"Nak, pembeli ada di luar sana, pembeli banyak berseliweran di sana, bukan di depan rumah kita yang sempit terhimpit."

Sesungguhnya ia khawatir pada langkah kaki ibu
"Bu, mendung hitam menggantung, bila hujan turun, bagaimana ibu berjualan di luar sana? Bila di sini, aku bisa bantu ibu sambil menjaga adik-adik."

Dalam gendongan, beban berat digenggam penuh keringat
"Do'a mu yang terhebat ibu perlukan untuk mengusir kelamnya langit agar tak menghantui ibu mencari nafkah."

Bila langit masih tak bersahabat,
Ia hanya menatap ujung langit rumahnya
Sinar mentari masuk menyapa
"Salam rindu. Masih ada mata melihat ke atas sana. Masih ada dagu tengadah pada-Nya"
Merindu kebahagiaan hanya ujian sementara hidup memang tak gampang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun