Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wayang Unik dari Mendong di Pasar Budaya

25 Maret 2019   12:29 Diperbarui: 25 Maret 2019   14:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum kawan-kawan membaca coretan saya perlu saya terangkan lebih dulu, bahwa saya ingin menceritakan pengalaman jalan-jalan saya dan menemukan yang unik serta menarik, secara pribadi sesuatu hal yang baru. Sekiranya saya kurang tepat menempatkan kategori dari tulisan ini saya mohon dimaklumi.

Saya sendiri kebingungan apakah saya masukkan dalam edukasi atau budaya karna hasil dari jalan-jalan ini masuk dalam kedua kategori tersebut menurut pandangan saya, juga tersirat nilai filosifi di dalamnya. Akhirnya saya pilih Humaniora dimana di dalamnya sudah mencakup edukasi, filosofi dan sosial budaya.

****

24 Maret 2019 RRI mengadakan perhelatan pasar budaya untuk mewadahi apresiasi masyarakat malang raya. Ada bazar dan panggung budaya. 

Pagi hari kami meluncur ke lokasi yang berjarak sekitar 4 km dari rumah, dengan harapan menemukan sesuatu yang menarik di sana, mengingat ada kata budaya. 

Sesampai di lokasi kami menyusuri stand bazar, ada kolektor bambu yang unik-unik bentuknya. 


Kemudian kami menyusuri lagi melihat hasil kerajinan masyarakat malang. 

Sampailah kami pada sosok yang sudah sepuh tengah membentuk anyaman. Waow apa yang sedang dianyam itu? Bapak yang baya ini dengan ramah memperlihatkan hasil karyanya, semakin tersihir kami ingin tahu bahan dasarnya dan bagaimana membuatnya.

Dari semacam ilalang yang dianyam sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang mirip dengan wayang. 

Dokpri ale
Dokpri ale
Kami mulai ingin tahu bagaimana bisa mejadi bentuk yang bagus itu. Pak Kardjo yang bernama asli Syamsul Subakri 66th. Menawarkan mengajari cara membuatnya, wah dengan senang hati kami langsung mengiyakan. Dengan membeli bahan dasar yang disebut Mendong Seharga 2000 rupiah saja sudah bisa membuat satu wayang. Eh ternyata tak mudah he he ketrampilan dan imajinasi bentuk wayang harus dimiliki agar hasil memuaskan

Dokpri ale, bersama pak Kardjo membuat wayang mendong
Dokpri ale, bersama pak Kardjo membuat wayang mendong
Dokpri ale; hasil belajar jauh dari ekspektasi (jangan tertawa pemirsa) gambar kiri adalah mendong
Dokpri ale; hasil belajar jauh dari ekspektasi (jangan tertawa pemirsa) gambar kiri adalah mendong
Beliau menceritakan filosofi membuat wayang mendong hanya dengan 6 helai mendong. Mengapa? Karna manusia itu memiliki 6 indera bukan 5 indera kata beliau, diantaranya, penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, peraba (kulit) dan perasa (hati). Dimulai dari membuat hidung dalam bahasa jawa disebut "irung" (Iso warung)   batal atau tidak jadi. Maknanya bila hidung tak bernafas maka manusia tidak bisa hidup. baru membentuk kepala dan anggota tubuh lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun