Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Tengah Pasar

21 Februari 2019   07:09 Diperbarui: 21 Februari 2019   07:12 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh AZ

Bila pasar sudah tergenang air bah dan tenggelam, lalu permukaan penuh barang imporan. Pedagang tercekik hingga kerongkongan. Berteriak nyaring lemas terendam tumpukan makanan kalengan. Daging beku dalam kulkas beludru.

Parkiran di depan pasar berceceran darah kemanusiaan. Pedagan kaki lima bersuara tebata-bata: tempat kami ada di mana?

Mengatasnamakan kemajuan jaman, menggerus norma kemanusiaan
Teori kanibal bernama globalisasi, menghancurkan yang lemah sehancur hancurnya.
Meninggalkan yang tak berdaya sejauh-jauhnya
Bermuara pada menuhankan kekuatan dan kekuasaan

Semua diam. Tak menjawab meski pun sebuah kata. Pura-pura lupa. Pura-pura tidak mendengar bila dikonfirmasi dalam demonstrasi. Kata mereka: apa yang terjadi? Semua baik-baik saja. Lihat data statistiknya. Kami sudah bekerja keras siang malam.

Pedagang pasar dan kaki lima hanya mampu berujar sopan. Takut dipidanakan pasal ujaran kebencian. Tangis kelaparan tak membuat kasihan.

Dunia menangis teriris. Estimasi penciptaan semesta lupa dari kepala.
Mana janjimu? Siapa yang kau makmurkan? Siapa yang kau sejahterakan? Ketika alam menerkammu kau baru sadar, tapi terlambat

TT, 21.02.2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun