"Apa yang sudah aku pilih semoga Engkau meridhoi ya Robb,  dua amanahmu harus aku jaga  selalu, inginku memenuhi apa yang mereka mau. Aku hanya wanita biasa yang cukup dengan cinta yang tlah dia bawabmenghadapmu.  Aku tak ingin ada yang lain lagi selain dia yang kudamba ya Robb." Salikah mencurahkan isi hatinya pada sang Maha Kasih Maha pemberi kekuatan jiwa.
Lantunan suara Nisa Sabian dari ponsel mengejutkan lamunan Salikah, Â dia lihat nama seseorang disana. Â "Ada apa lagi lelaki ini menghubungiku." Â Salikah masih termangu menatap ponsel yang bernyabyi hingga terhenti, Â kemudian muncul notif chat. Â "Tampan menurutku tidak terlalu tua dariku begitu berwibawa, Â ah ya Robb ampuni hamba yang sempat memuja selain suamiku yang abadi disana." Desahan panjang dari dada yang menyesak membuat Salikah sedikit menurun kesehatannya.
[Dinda Salikah, Â apa kau baik-baik saja?.]
"Ah perhatiannya bisa melelehkan jiwa ragaku bila  ini terus berlanjut, bantu aku ya Robb, aku tak ingin melukai hati siapapun."
[Tidak mas, in shaa Allah saya baik baik saja]
[Pagi ini aku kehilangan sapamu, Â aku jadi merasa ada yang kurang, Â katakan Salikah, jangan buatku gunda]
Salikah menahan genangan di pelupuk mata, Â "Ya Robb, Â pertanda apa ini, Â mengapa perhatiannya, kata-katanya begitu mirip dengan kekasihku yang disana, Â hamba jafi semakin merindukannya, Â merindukan itu semua."
[Jangan khawatirkan saya, Â saya baik-baik saja Mas]
Malam yang semakin larut Salikah masih menatap keluar jendela usai melaksakan perintahNya. Ya Robb aku hanya manusia biasa yang mempunyai cinta dan harapan, salahkah aku dengan pilihanku bila aku menolak tiap yang hadir padaku? Â
Cekling! Â Ponsel Salikah berbunyi menandakan notif pesan masuk, Â
[Salikah, Â sudah malam, Â cepat istirahat, Â jangan pandangi saja bintang dari jendela, Â amdai kau mampu keluar dan terbanglah, Â petik bintang yang indah di langit itu. Â Tapi jangan kau lupa, Â bintang di hatiku menantimu untuk kau jamah]