Mohon tunggu...
Bening Christalica
Bening Christalica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang menyukai budaya, seni, dan sastra. Suka menulis dan menari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Spirit Perjalanan Anak Desa Mencapai 5 Periode Kursi Legislatif

24 Desember 2022   01:35 Diperbarui: 24 Desember 2022   01:42 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MY Esti Wijayati remaja pernah menjadi kernet angkot jurusan Pakem-Puluhwatu. Bersama sang kakak yang menjadi sopir, setiap hari Minggu mereka mencari tambahan uang saku untuk kos dan sekolah. Sepanjang jalan Esti dengan lantang berteriak, "Pakem, Pakem," atau "Puluhwatu, Puluhwatu…”. Ia juga dengan sigap menerima uang dari penumpang angkotnya.

Perempuan dengan nama lengkap Maria Yohana Esti Wijayati ini adalah sosok politikus PDI-P, anggota legislatif, dan ibu yang penuh semangat. Esti lahir di Sleman, 17 Juni 1968. Ia adalah alumni SD Purworejo I, SMP N III IKIP, SMA Negeri 1 Pakem, dan PMIPA, Universitas Sanata Dharma. Di usia 54 tahun ini, ia sudah 5 periode menjadi anggota legislatif. Esti memulai karirnya dari bawah yaitu dari tahun 1999-2004 di DPRD Kabupaten Sleman, tahun 2004-2009 di DPRD DIY, tahun 2009-2014 di DPRD DIY, tahun 2014-2019 di DPR-RI, dan tahun 2019-2024 di DPR-RI. Periode 2019-2024 ini, ia ditempatkan di Komisi X yang mengurus pendidikan, perpustakaan, kepemudaan, pariwisata, ekonomi kreatif, dan agama.

Esti adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Ayahnya, Agustinus Prawoto adalah seorang guru PMP (PPKN), yang juga menjadi penatar P4. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang berjualan kecil-kecilan. Esti kecil tinggal di sebuah dusun lereng Merapi bernama Dusun Purworejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman. Ia terbiasa mandi dan mencuci di sungai, nyuluh ikan di malam hari, menanam padi, dan ani-ani. Saat Esti masih SD, sang ayah sering bercerita tentang Bung Karno dan pidato-pidatonya. 

Ayahnya juga bercerita mengenai gegap gempita perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena ayahnya adalah seorang guru PMP, maka ia juga bercerita mengenai 3 lembaga demokrasi yaitu lembaga eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Agustinus Prawoto juga sering bercerita tentang perjuangan kemerdekaan sehingga ketika sudah dewasa Esti bisa bersikap bagaimana ia harus mengisi kemerdekaan saat ini. Ia selalu mengedepankan sisi kemanusiaan dan keadilan di dalam perjuangannya.

Ketika Esti sudah duduk di bangku SMP dan gurunya bertanya cita-citanya, ia sudah bisa menjawab mau jadi apa saat besar nanti. Ia ingin jadi guru sekaligus anggota DPR. Ia terinspirasi menjadi guru karena kekagumannya pada figur sang ayah yang adalah seorang guru. Esti juga sudah punya gambaran tentang cita-citanya untuk menjadi anggota DPR dari ayahnya. Yaitu bahwa sebagai anggota DPR, ia nanti bisa membuat keputusan-keputusan bersama bupati.

Karena ayahnya juga menjadi ketua LKMD dan ibunya ketua PKK kelurahan, maka Esti sering melihat orang tuanya berpidato. Ia juga sering tampil menari pada acara-acara tertentu. Esti remaja sudah terbiasa aktif di organisasi dibuktikan dengan saat SMP, Esti menjadi ketua umum OSIS dan saat SMA sebagai ketua OSIS I. Saat SMP ia juga menjadi wakil dari DIY untuk ikut jambore nasional tahun 1981. Kebiasaan disiplin, bertanggungjawab, dan keaktifan berorganisasi itu menjadi modal Esti untuk mulai aktif di parpol tahun 1996 dan masuk kepengurusan setelahnya. Walaupun waktu itu Esti masih muda, namun ia sudah mulai memahami dunia politik dari ayahnya. Setelah kongres di Medan, Esti kemudian memantapkan diri di PDI-P dan mulai ikut ambil bagian karena ada ketidakadilan dari pemerintah.

Saat masuk ke parpol, Esti tidak mempunyai target untuk menjadi anggota legislatif, tetapi siapa tahu nanti ia bisa menjadi pengurus sehingga bisa memberikan kontribusi atau memberikan masukan di ruang-ruang politik. Beberapa peristiwa kemudian juga menguatkan tekad Esti untuk hadir dan masuk menjadi anggota legislatif dengan tujuan sedapat mungkin memperjuangkan hal-hal yang menurut prinsip kehidupannya memang harus diperjuangkan.

Sejak awal Esti hidup dari keluarga pas-pasan, sehingga ketika mahasiswa ia mulai berbisnis. Ia bersyukur bahwa ia tidak mengeluarkan uang, tidak ada istilah jual beli biting untuk menjadi anggota legislatif.  Namun ia punya modal sosial yang kuat di politik kursi legislatif. Saat pemilu tahun 1999, ia diuntungkan dengan nomor urut dan sudah beberapa tahun aktif di parpol.

Ketika memutuskan untuk nyaleg, ia mengalir saja dan suaminya mendukung karena tahu bahwa ia adalah seorang pekerja keras. Mereka membangun rumah tangga tanpa dimodali harta, tetapi dimodali gemblengan hidup yang cukup kuat, terbiasa dengan hidup disiplin, keterbatasan ekonomi, dan persoalan keluarga dimana tahun 1980 sang ibu meninggal. Dalam situasi seperti itu terbangun kemandirian dan mental yang kuat sehingga banyak hal maupun persoalan yang bisa ia lalui. 

Sejak kecil ia dididik antara laki-laki dan perempuan punya tanggung jawab yang sama, maka ia juga terbiasa memperbaiki genteng dan mengecat tembok. Esti juga pernah menjadi guru les matematika. Bahkan ia pernah menjadi kernet angkot jurusan Pakem-Puluhwatu saat kakaknya yang sedang SMA butuh uang untuk biaya kos. Dengan senang hati ia akan menjadi kernet untuk kakaknya itu sehingga ia pun mempunyai tambahan uang saku. Sang kakak berhasil menjadi dokter spesialis saraf dan meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

Ketika Esti merasa kangen dengan ibunya, ia menangis di kuburan sampai tengah malam. Ia pun sering dibangunkan oleh para penyuluh dan diingatkan bahwa hari sudah mulai larut. Keadaan itu juga membentuk ia untuk berani menghadapi situasi apapun. Ketika ia sudah punya target, ayah dan suaminya juga mendukung karena mereka tahu tipe seperti apa Esti itu. Dengan modal 15 juta, tahun 1999 mereka bisa mengantarkan Esti untuk nyaleg.

Esti punya pengalaman hidup di Jogja sebagai anak desa dari Sleman, kuliah di Jogja, kemudian dapil Jogja, dan 5 periode menjadi anggota legislatif dari Sleman, 2 periode di provinsi, 2 periode di DPR RI. Selama 5 periode itu, pengalaman yang menarik menarik bagi Esti sebagai orang Jogja yang dari bawah menjadi anggota legislatif adalah saat menjadi anggota DPR kabupaten. Saat itu rumahnya terbuka 24 jam untuk jujugan warga. Pernah pada tengah malam ada orang sakit yang dibawa ke rumah Esti. 

Orang tersebut tidak dibawa ke rumah sakit karena keluarganya merasa sebagai orang dusun, orang kecil, dan tidak punya uang. Mereka khawatir tidak dilayani dengan baik di rumah sakit. Akhirnya orang sakit tersebut dibawa ke rumah sakit atas rujukan dan jaminan dari Esti. Paginya ia menengok ke rumah sakit dan ia malah menjadi tahu bahwa rumah sakit yang ia datangi tersebut juga mempunyai kekurangan di mana ruang atau kasurnya tidak layak dan harus diganti sana-sini.

Esti dan timnya kemudian membuka posko apabila ada pengaduan masyarakat. Posko tersebut ada di Jl. Geneng No. 9, Sidoagung, Godean, Sleman. Apabila ada situasi darurat, bisa datang ke rumah Esti atau melaporkan ke posko. Kadang Esti dan teman-temannya pun juga ikut terjun langsung ke lapangan ketika ada situasi darurat. Ia menyediakan rumahnya untuk jujugan masyarakat supaya mereka bisa menyampaikan aspirasinya. Karenanya kedekatan dengan masyarakat itu pun kemudian menjadi terbangun.

Esti bercerita bahwa ketika ia menjadi anggota DPRD DIY banyak ibu-ibu datang ke rumahnya dengan cara rombongan. Suatu pagi pukul 06.00 sudah ada 20 sepeda ontel berkumpul. Keluhan mereka sama, anak mau semesteran tetapi tidak bisa ikut ujian karena belum membayar administrasi sekolah. Hati nurani Esti mengatakan bahwa itu tidak boleh terjadi karena pendidikan adalah hak dasar, membayar adalah kewajiban orang tua pada sekolah. Beberapa sekolah ditelepon dan didatangi Esti bersama timnya.

Pada suatu hari Esti mengunjungi sebuah sekolah swasta dan menjadi sangat sedih karena ada sekitar 20-an anak di sekolah tersebut sedang termenung di bawah pohon, padahal saat itu adalah saat ujian sekolah. Yang melapor padanya cuma satu orang, tetapi ternyata ada banyak anak yang tidak bisa mengikuti ujian semester. 

Esti dan timnya kemudian mengusulkan membuat raperda tentang pendidikan terkait dengan pembiayaan dan pengelolaan sekolah. Bagaimana supaya Perda ini nantinya dapat membantu siswa tidak mampu terkait dengan pembiayaan sekolah, agar mereka tetap bisa mengikuti ujian meskipun orang tua belum membayar uang sekolah. Begitu lulus ijazah pun juga tidak boleh ditahan oleh sekolah. Tahun 2011 usulan itu akhirnya menjadi Perda di DIY dan tidak ada lagi keluhan anak-anak tidak mampu dalam melunasi biaya sekolah.

Saat ini sudah ada PIP untuk siswa sekolah yang tidak mampu supaya dapat bersekolah. Maka Esti selalu mengharapkan supaya PIP digunakan sebagaimana mestinya untuk kelancaran pendidikan, jangan sampai PIP digunakan dengan tidak tepat. DI DIY, saat ini PIP jalur aspirasi anggota dewan telah berjalan 8 tahun dan membantu lebih dari 200.000 anak sekolah di DIY. Bagi anak-anak yang berniat untuk kuliah juga dapat mendaftar KIP Kuliah. Negara hadir untuk membantu kuliah secara gratis dan memberikan living cost setiap bulannya. KIP kuliah jalur aspirasi di DIY telah diterima oleh 1200 mahasiswa dan program ini sudah berjalan 3 tahun.

Menurut Esti keberadaan anggota legislatif yang sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai anggota legislatif, Esti merasa harus mampu memberikan jalan keluar dan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat yang mestinya jadi kewajiban pemerintah sebagai kewajiban konstitusional seperti yang ada di Undang-Undang Dasar 1945. Tanggung jawab dan kewajiban seperti itu sesungguhnya harus selalu ada di sanubari dan di dada pejabat maupun pemimpin negara.

Kata-kata tegas dalam Dedication of Life Bung Karno benar-benar menjadi semangat perjuangan Esti. Esti merasa bahagia kalau iya bisa bermanfaat bagi tanah air dan bangsa. Esti pernah divonis kanker dan ia diramalkan hidup Hanya 5 tahun lagi, karena ia masih hidup hingga saat ini maka ia merasa dihidupkan lagi oleh Tuhan. Esti mengatakan bahwa berapapun sisa umur yang Tuhan berikan kepadanya, semoga bisa menjadi harapan dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. 

Bagi Esti kekayaan tidaklah penting tetapi bagaimana ia bisa berbuat dan berguna bagi masyarakat. Kesederhanaan menjadi kekuatan penting baginya untuk terus berjuang sebaik mungkin. Esti terbiasa dengan didikan yang keras, namun bagi anak-anaknya ia berbuat berbeda karena anak-anaknya terpola dengan keadaan saat ini. Walaupun begitu Esti tetap menerapkan kerja keras dan kedisiplinan di dalam keluarganya. Bahkan saat ini anak sulung dari Esti dan F. Bambang Sigit Sulaksono sudah menjadi CEO perusahaan ternama di Jakarta dan mendapatkan penghargaan Forbes 30 under 30.

Esti juga mengatakan bahwa spirit proses perjalanannya adalah bahwa Tuhan sudah memberikan kesempatan baik baginya, karena itu Esti selalu berusaha bagaimana bisa membawa aspirasi masyarakat, jangan sampai ada ketidakadilan dan intoleransi yang tidak sesuai dengan prinsip nilai-nilai Pancasila.

Karena karir panjang di dunia politik, Esti tahu bahwa Indonesia saat ini masih banyak membutuhkan pihak-pihak untuk ikut ambil bagian membangun negara dengan mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Harapannya beberapa hal yang dirasa masyarakat sebagai ketidakadilan, ketidakperhatian, atau tidak tersentuh kebijakan, itu bisa atasi dan dilakukan di masa pemerintahan saat ini untuk kemajuan Indonesia emas tahun 2045. 

Dalam perencanaan pembangunan menurut Esti harus ada toleransi antar umat beragama sebagai bentuk implementasi nilai-nilai Pancasila. Ketika ada intoleransi apapun itu, ia tidak tinggal diam karena setiap kebijakan yang dibuat pemerintah harus berpihak pada semua golongan.

Sejak periode 4, Esti sudah mengusulkan kepada pemerintah supaya Pancasila menjadi kurikulum wajib di seluruh tingkatan pendidikan di Indonesia. Sebelum di komisi VIII, Esti juga mengusulkan kepada Kemendikbud supaya moderasi beragama dijadikan salah satu pokok materi yang harus diberikan di seluruh tingkatan pendidikan. Untuk penguatan di segala hal, maka ia pun mengusulkan pula di dalam pengangkatan guru atau tenaga pendidik, mereka harus jelas-jelas memahami nilai-nilai kebangsaan.

Walaupun Esti beragama Katolik, namun ia juga dijadikan Kapoksi (Ketua Kelompok Fraksi) yang urusannya agama. Bagi Esti di mana pun ia berada, ia tidak akan menutupi identitasnya tetapi ia tetap ada di dalam rule yang menurutnya tetap menjunjung tinggi UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Tujuan Esti berkomunikasi dengan semua pihak termasuk tokoh-tokoh agama lain jangan dipandang selalu berkaitan dengan nilai electoral Esti, tetapi semua yang ia lakukan adalah upaya membangun komunikasi dan menguatkan jaring-jaring kebangsaan. 

Bahwa kita ini harus bersatu untuk bisa bersama-sama mengangkat Republik Indonesia sesuai cita-cita. Sebagai pejabat negara, Esti terus memperjuangkan kebijakan yang harus nampak di seluruh produk hukum negara, termasuk di dalam perencanaan APBN. Esti menegaskan bahwa nilai-nilai kebangsaan tidak dibangun dengan ego masing-masing tetapi harus dilakukan bersama-sama untuk semua. Tantangan di-bully atau dimusuhi, baginya sudah merupakan hal biasa dalam dunia perpolitikan.

Esti mengatakan bahwa untuk menegakan nilai-nilai kebangsaan pada generasi muda melalui institusi pendidikan harus sesuai dengan nilai-nilai kekinian dan semenarik mungkin dengan contoh-contoh yang konkret dari pemerintah. Pejabat negara perlu memberi contoh untuk tidak korupsi, mencintai NKRI, dan tidak melakukan hal-hal yang menodai nilai-nilai Pancasila. Dalam kaitannya dengan pemilu 2024, Esti berpesan untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, jangan saling memanasi, membuat jurang, atau pun benturan antar kelompok. 

Jangan sampai menghalalkan segala cara untuk kemenangan politik. Semua partai politik harus punya konsisten yang sama untuk tidak saling menghujat, menjunjung tinggi persatuan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sehingga tidak ada nada rasis dalam kampanye.

MY Esti Wijayati telah menunjukan bahwa semangat, mental yang kuat, dan kedisiplinan yang tinggi dari seorang anak desa sederhana yang bukan siapa-siapa, dapat menghantarkannya menuju 5 periode di kursi legislatif. Seperti kata Esti bahwa kekayaan tidaklah penting, tetapi bagaimana ia bisa berbuat dan berguna bagi masyarakat. Kesederhanaan menjadi kekuatan penting baginya untuk terus berjuang sebaik mungkin. Spirit proses perjalanannya adalah bahwa Tuhan sudah memberikan kesempatan baik baginya, karena itu Esti selalu berusaha bagaimana bisa membawa aspirasi masyarakat, jangan sampai ada ketidakadilan dan intoleransi yang tidak sesuai dengan prinsip nilai-nilai Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun