Mohon tunggu...
Ben Ibratama
Ben Ibratama Mohon Tunggu... Konsultan - Tenaga Ahli

Tenaga Ahli DPR RI

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Bipolar dan Matinya Nalar Publik

22 Mei 2019   21:36 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:49 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak reformasi kita memang sudah sepakat bahwa kita akan hidup dalam ruang demokrasi. Namun, salah satu konsekuensi dari pilihan terebut adalah kegaduhan. Demokrasi memang membuka kran untuk berekspresi, sebagai bentuk keterlibatan publik dalam banyak hal. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh segelintir elit, baik untuk tujuan bisnis dan politik dengan menyemburkan berbagai hoaks dalam demokrasi. 

Demokrasi dibajak atas nama kebebasan, untuk berprilaku sesuka hati dengan mengabaikan berbagai aturan, menabrak hukum, menabrak norma, bahkan menabrak naluri kemanusiaan itu sendiri. Esensi demokrasi bukanlah demikian, kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang memiliki aturan main.

Bahkan, masih segar dalam ingatan kita seorang pemuda diruang publik dengan "sikap jumawa" ingin memenggal leher"kepala negara" sembari melantunkan ayat suci. Kalau diukur dengan menggunakan rasionalitas, hal ini merupakan sikap irasional. Menyandingkan kalimat suci dengan kalimat yang keji. Memaki dengan ujaran kebencian secara gamblang dipertontonkan tanpa rasa sungkan ataupun malu. Ini merupakan bentuk kekerasan di ruang publik, kekerasan verbal. Sikap ini tentu memiliki konsekuensi hukum, Anda salah tentu anda ditindak. Inilah contoh nyata dari kematian nalar akibat dari hoaks dan politik bipolar yang munculnya gelombang fanatisme yang membabi buta. Sangat irrasional memang.

Bagaimana Harus Besikap ?

Fenomena post truth merupakan fakta yang tak bisa dihindarkan. Kita berada dalam ruang publik yang demikian. Lantas bagaimana harus bersikap sehingga kewarasan kita dapat terjaga dengan baik. 

Kuncinya hanya pada perubahan prilaku. Bijaksanalah memilih informasi dan memilah media yang kredibel, perbanyak membaca,  tingkatkan kemampuan literasi, tingkatkan kemampuan berpikir. 

Berpikirlah untuk menguji kebenaran, bukan hanya untuk mengkonfirmasi kepercayaan yang kita miliki, luaskan pengetahuan dan wawasan, sehingga kita hidup dalam banyak perspektif dan tidak fanatik terhadap kebenaran yang kita ketahui, apalagi fanatik pada kebenaran semu yang didapatkan melalui hoaks. Semoga bermafaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun