Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tragedi Desa Selo Awar Awar

10 Oktober 2015   17:07 Diperbarui: 10 Oktober 2015   19:50 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika nyawa dihargai
tak lebih mahal dari tambang pasir
maka ia rindu akan darah
sebagai pelepas dahaga hausnya

maka ia menggiring para pembunuh itu
ke dalam bilik penjara
sang iblis itu selalu saja menggoda
dan membutakan hati nurani sahabatnya

ketika uang panas hasil tambang mengalir
dengan uap hitam mengepul dari tubuhnya
ia menjadi teluh dan tenung
yang melumpuhkan kewaspadaan

ia menjadi penyumbat telinga
dan merantai tangan-tangan penguasa
dan terabaikanlah suara-suara hati
mereka yang butuh pertolongan

Salim Kancil, seorang hamba lingkungan
di desa Selok Awar Awar Pasirian Lumajang
nyawanya selembar melayang
demi mencegah kesewenang-wenangan

tubuhnya sebatang terbunuh
karena kesadarannya pada lingkungan
darahnya yang tertumpah ke tanah
membangkitkan kebenaran yang terpendam

haruskah darah demi darah tertumpah
guna membuka kepedulianmu?
haruskah ada nyawa yang dikorbankan
guna membuta mata hatimu?

engkau yang punya kuasa atas negri
mampu mencegah ilblis-iblis itu tampil berkuasa
di tanganmu Salim Kancil Salim Kancil yang lain
dapat terselamatkan dan terlindungi!

Btm,2015.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun