Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Talang Akar

8 Mei 2016   21:27 Diperbarui: 8 Mei 2016   21:42 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah ranting lapuk dan dedaunan kering melayang terbawa angin
 gelombang sunyinya terngiang di telinga, suara-suara angin kering merindu
 desah bibir yang merindukan kenangan masa kecil di tanah kelahiranku
 begitu panjang jarak dan waktu yang terbentang, dunia telah berubah jauh

Suara-suara yang datangnya dari kejauhan, sebuah rintih hati yang redam
 bisik-bisik kenangan kecil yang menggeliat bagaikan ombak liar, menggetar
 bagai dengung suling yang panjang, bagai bunyi lufking menganggu-ngangguk
 bunyi lonceng yang berdentang, moment kenangan yang hilang  dilindas zaman

Talang Akar, tanah kelahiranku yang begitu jauh kutinggalkan di belakang
 aku terbangun dari mimpiku di hutannya yang lebat, tertutupi reranting liar
 tiba-tiba terdengar suara ratapan akar-akar pohonan tua yang melapuk

Sesuatu terindra dari jauh, suara besi tua yang kini sunyi, kidung yang senyap
 bagai debu-debu yang berterbangan di jalan tanahnya di masa silam, meruap
 tercium kembali harum anggrek bulan yang merebak di malam purnama

*****

Batam, 2016.

Sumber Ilustrasi: http://3.bp.blogspot.com/-dSM5oi_Zwqg/Vjq5n3kA2FI/AAAAAAAACmE/Xqi7hFPT7Ag/s1600/IMG_20151105_085412.jpg

Sumber Ilustrasi:

http://3.bp.blogspot.com/-dSM5oi_Zwqg/Vjq5n3kA2FI/AAAAAAAACmE/Xqi7hFPT7Ag/s1600/IMG_20151105_085412.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun