Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilgub DKI 2017, Mesin Partai vs Relawan?

15 Maret 2016   17:27 Diperbarui: 15 Maret 2016   17:59 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin politik mulai berhembus kencang di Jakarta. Program-program kerja Gubernur DKI yang seharusnya bisa diwujudkan dari waktu yang tersisa sedikit banyak akan terganggu. Masalah utamanya adalah tidak ada partai yang ingin ketinggalan kereta. Secara sembunyi atau terang-terangan, secara langsung atau tidak langsung kasak-kusuk partai besar telah berjalan.

Survey-survey dari yang abal-abal hingga yang vallid telah diadakan. Entah itu survey yang tujuannya sekedar memenuhi pesan sponsor hingga survey yang jujur bertujuan membaca ‘keinginan’ warga Jakarta. Intelektualitas, sumber daya partai, dan uang telah mulai dikerahkan oleh partai-partai. Semata demi menghadang laju Ahok yang maju Pilgub DKI 2017 lewat jalur independen. Kenapa jalur independen seakan diharamkan bagi Ahok guna mengikuti Pilgub DKI?

PKS, PDIP, Gerindra, dan Demokrat tengah melakukan pendekatan satu sama lain dalam rangka membangun komunikasi intensif antar elite partai yang tujuannya menggilas Ahok di jalur independen. Di satu sisi manuver ini dipandang sebagai upaya menggiring Ahok agar maju melalui jalur partai. Pada sisi lain manuver ini diterjemahkan sebagai ungkapan ketakutan yang besar dari kalangan elit partai pada fenomena temah Ahok.

Sebetulnya partai-partai besar itu menghargai prestasi Ahok, namun pilihan Ahok menempuh jalur independen adalah ancaman serius bagi eksistensi Parpol. Sepertinya partai tidak begitu saja percaya bahwa fenomena teman Ahok murni digerakan oleh relawan yang menginginkan perubahan. Mungkin dalam benak mereka ada kecurigaan jangan-jangan Ahok akan diperalat oleh suatu kekuatan yang sifatnya tersembunyi di belakang fenomena teman Ahok.  Partai-partai sepertinya tengah meraba-raba siapa di belakangnya  atau seberapa besar kekuatan relawan sesungguhnya.

Pilgub DKI 2017, terbayang dibenak kita sebuah pertarungan menarik kekuatan mesin partai melawan Cagub yang diusung oleh relawan.  Partai besar seperti PDIP, PKS, dan Gerindra punya akar rumput yang relatif solid di Jakarta. Secara matematika bila mereka berkoalisi bisa mengalahkan relawan Ahok. Namun apa yang akan  terjadi di bilik suara masih sulit diduga. Padahal satu juta teman Ahok adalah minimal satu juta suara yang sudah dapat dipastikan akan memilih Ahok. Relawan yang mendukung Ahok masih sulit dipetakan. Parpol masih meraba-raba di daerah mana saja kiranya kantong-kantong suara pendukung Ahok.

Eep Saefulloh Fatah mengatakan bahwa tingkat popularitas Ahok tidak berbanding lurus dengan elektabilitasnya. Jarak antara elektabilitas dan polularitas Ahok sangat jauh. Pendapat ini bermaksud mengatakan bahwa pemberitaan luas tentang Ahok belum tentu akan membuat warga DKI serta merta akan memilihnya. Persis seperti bunyi kesimpulan beberapa lembaga survey yang baru-baru ini merilis hasil surveynya.  Analisis Eep Saefulloh Fatah bisa jadi benar dengan asumsi bahwa 2 faktor minoritas yang dimiliki Ahok akan menjadi penghalang bagi warga DKI dalam memilih Ahok.

Tingkat kepercayaan publik atas prestasi dan kemampuan Ahok dalam memimpin Jakarta bisa jadi akan menjungkir-balikan pandangan di atas. Rakyat semakin cerdas dalam menilai dan menimbang pilihannya. Isu primordialisme belum tentu bisa mempengaruhi tingkat kepercayaan publik atas prestasi dan kemampuan Ahok dalam memimpin Jakarta.  Hanya Ahmad Dani dan Sandiaga Uno yang berani bilang bahwa mengatur Jakarta itu begitu mudah. Mereka bisa berkata begitu karena mereka belum pernah duduk dipemerintahan, belum mampu melihat isi keseluruhan permasalahan Jakarta dari sisi dalamnya,  mereka hanya melihat dari sisi luarnya seperti banjir, macet, dll.

Relawan berperan besar dalam menghantarkan Jokowi-Ahok meraih kemenangan pada Pilgub DKI 2012.  Relawan juga yang bahu membahu mendukung kemenangan Jokowi-JK pada Pilpres 2014 lalu. Relawan adalah kelompok masyarakat yang bekerja secara sukarela, bahkan rela berkorban waktu, pikiran, dan materi demi memperjuangkan seorang pemimpin yang mereka percayai. Mereka sangat percaya bahwa pemimpin yang mereka dukung akan membawa perbaikan nasib mereka, akan mengubah situasi buruk selama ini sehingga menjadi lebih baik. PDIP adalah salah satu partai yang diuntungkan oleh keberadaan relawan. Apakah mesin politik PDIP bisa mampu menaklukan Jakarta dan Indonesia tanpa bantuan relawan?

PDIP mungkin sudah mulai lupa dengan bunyi semboyan para relawan ketika itu: “PDIP no. Jokowi yes!” Artinya bahwa relawan yang telah membantu PDIP itu bukanlah akar rumput partai. Pilgub DKI 2017, PDIP akan coba-coba melindas eksistensi relawan dengan mesin politiknya. Karena relawan itu mengajak Ahok menempuh jalur independen. PDIP mungkin akan menggunakan segala cara untuk coba mempertahankan Jakarta agar tidak terlepas dari genggamannya. Apakah Gerindra, PKS, dan Demokrat akan manut begitu saja dengan keinginan PDIP? Damai Indonesia ini kalau partai-partai besar itu bisa akor satu sama lain! Semuanya akan memperhitungkan dampaknya terhadap Pileg 2019. Partai mana kelak yang akan menggusur PDIP dari Jakarta?

Pertarungan di Pilgub DKI 2017 nanti bukanlah pertarungan mesin partai versus relawan yang mengusung Ahok. Pertarungan yang sesungguhnya adalah pertarungan antar partai yang coba merebut hati para relawan pendukung Ahok. Mereka harus direbut karena relawan itu amunisi penting untuk menggenggam Jakarta pada Pileg 2019. Mereka lintas suku dan agama, mereka adalah pemilih yang cerdas dan rasional.

Partai-partai itu hanya mencari celah untuk menundukan Ahok dan para relawan yang mendukungnya, menggiring mereka masuk ke jalur partai. PDIP punya satu senjata ampuh untuk melakukan itu jika tak ingin tergusur dari kursi ‘penguasa’ di Jakarta. Hanya Jokowi yang bisa melakukannya, menjinakan Ahok dan para relawan pendukungnya. Jokowi bisa berdialog dengan mereka. Namun apakah Megawati bisa menyetujuinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun