Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandung Dua Musim

1 Oktober 2016   07:20 Diperbarui: 1 Oktober 2016   08:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pampimpom.wordpress.com


#1

sekarang musim penghujan tiba

awan mendung melingkup senja

ratapan initerdengar begitu memilukan;

suara hati si burung ruak ruak

#2

bercampur aduk bunga di taman

semuanya mekar

haruskah keindahannya memudar;

dalam ratap rindu si burung pungguk

#3

dalam tatapan ribuan bintang ini

tiada tanda-tanda yang meramalkan

seberapa lama lagi jati harus bersabar;

menanti akhir kemarau panjang

#4

angin datang dari waktu ke waktu

membawa awan mendung dari jauh

membawa kesempatan bagi pungguk;

beristirahat dari meratapi bulan

#5

tidak ada yang datang dan melihat

keindahan bebunga liar yang putih ini

menemani selembar daun ketapang;

yang melambai sendirian di pohon

#6

bagai sembilu yang menyayat hati

suara rintihan jangkrik ini

terdengar dari dalam kuburun tua;

di bawah pohon randu yang gundul

#7

telah menghilang keempat sisinya

gubuk reyot di langit malam

dalam selimut putih yang sempurna;

asap gambut yang tak kunjung padam

#8

hujan deras malam ini;

pikiran datang dan ada kesepian

larut dalam suara ketukannya di atap

lamunanku mengalir seperti sungai

#9

dalam derasnya hujan pertama ini

sampah menyumbat saluran kota

jalanan macet dan banjir;

bakung mekar sendiri di tepi jalan

#10

serumpun bambu bertemu ranting

saat angin puting beliung datang beradu

kesetiaan dan pengkhianatan;

tetap kokoh berdiri setelah badai

#11

musim penghujan berlalu;

ratap tangistonggeret terdengar di pohon

jalan setapak terlihat terang sekarang

saatnya mencari madu di hutan

#12

benalu benalu kemiskinan ini;

melilit dan menjerat induk semangnya

tikus-tikus berkembang biak

rayap bertumbuh sayap menjadi laron

#13

tertimpa ranting

anggrek putih di tangkainya jatuh

meluncur cepat dan mendarat;

di dasar sumur tua yang gelap

#14

setiap hari halaman ini selalu disapu

namun selalu saja ada dedaun yang gugur

ketika kulihat ke atas;

daun ketapang telah berubah warna

#15

dalam hembusan angin timur

dedaun cemara kering jatuh berderai

seiring kepak sayap burung melintas senja;

menyusuri sungai menuju pulang

#16

kacang-kacangan ini melilit kaki

merambat menindas sekelilingnya

jalan setapak menuju ke mata air;

bunga putih mirip kupu-kupu di sana sini

#17

anggrek liar merambat dan rapat

diselingi rerumput dan pohonan besar

seluas padang di lereng bukit ini;

bunganya yang hitam menatapku

#18

bunyi gemersik ranting;

berhenti berkicau di ujung meranti yang tinggi

murai memiring-miringkan kepalanya

dan berkicau lagi mencerah pagi

#19

bulu berkilau memantulkan cahaya bulan

musang bergegas melompat dari atap

matanya mencorong dan harum pandan;

ke dalam semak yang gelap

#20

hujan campur angin sepagi ini

rimbun ranting kersen terangkat ke atas

tersingkap bawah daun dan putih bunga;

seekor burung menggigil kehujanan

#21

dari celah rimbun daun kelengkeng

cahaya matahari pagi menerobos masuk

jatuh ke kolam yang jernih airnya;

sebening bunyi tonggeret di pepohonan

#22

di persawahan yang sunyi dan gelap;

suara sekawan belibis liar berpesta

terbawa angin malam

terdengar jelas di dalam gubuk ini

#23

ah ulat bulu hitam yang cantik ini

setelah melahap pucuk daunan katu

hingga perutnya membuncit besar;

duduk semedi menunggu sayapnya

#24

dekat jembatan di ujung desa

kerbau mendengus berbelok arah

di sisinya yang landai sungai menyusut;

berkubang lumpur

#25

menongol kepala

dari kantong yang berayun di seduduk

seekor ulat dengan mata besarnya;

mengintip pagi

******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun