Mohon tunggu...
BEN HUANG
BEN HUANG Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Im Rich Dad

Open minded Dad.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Pohon Kampus Abu-abu

18 Juni 2021   23:03 Diperbarui: 18 Juni 2021   23:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hampir setiap malam dalam tujuh hari, dalam benak muncul bayang-bayang seseorang. Seorang wanita, entah apa ia menganggapku, temankah?sahabatkah? Kekasih? Itu masih menjadi misteri.

Siang itu dibawah pohon yang rindang, didepan gedung administrasi. Aku duduk-duduk ditempat yang jarang sekali ku duduki. Aku duduk hanya berdua, bersebelahan, dengan teman sekelasku, Nadia, begitulah namanya.

Nadia merupakan wanita yang selalu ada dalam hari-hariku, aku dan dia memiliki kemiripan-kemiripan. Golongan darah kami sama, kami juga hobi membaca, berdiskusi, membicarakan masa depan, banyak hal yang serupa, sehingga aku merasa nyaman dengan Nadia.

"Jadi apa yang akan kamu bahas Ben?", tanya Nadia kepadaku.

Oh ya, perkenalkan, Aku Beni, Mahasiswa semester 5, aku idealis, aku suka bermimpi, dan aku percaya, pikiran adalah kekuatan terbesar manusia.

Hubunganku dengan Nadia memang sebatas teman, kami selalu duduk bersebelahan dikelas, ia juga selalu menemaniku ketika aku sedang menjaga perpustakaan. Oh iya, kebetulan aku juga librarian, karena tak lepas dari hobiku membaca, di usia 19 tahun, aku sudah bekerja sembari kuliah.

Aku tidak tau apa yang ada dalam hatiku, yang jelas, hanya Nadia yang ingin ku temui, ku telepon, karena, saat itu aku sudah tidak lagi menjalin hubungan dengan Nisa.

Ku pikir, siang ini saat yang tepat. "Nadia, maukah kamu jadi pacar aku?" Kataku sambil terbata-bata. "Sudah lama aku menyimpan rasa kepadamu, aku merasa nyaman denganmu" tambahku lagi kepada Nadia.

Nadia dengan wajah yang tidak begitu kaget hanya menjawab "berikan aku waktu untuk menjawab ya atau tidak". Kemudian, Aku sepakat dan kami berdua bergegas menuju kelas untuk melanjutkan perkuliahan.

Hingga delapan tahun berlalu sejak siang itu, ia tak pernah menjawab Ya atau Tidak. Aku hanya mengingat, pada malam tahun baru 2017, kami bertemu kembali setelah sekian lama.

Aku sangat bahagia, aku juga melihat Nadia bahagia kami bisa saling berjumpa. Malam itu kami bergegas ke Bukit Mulia, satu-satunya bukit di kota kecil kelahiran kami berdua. Selama perjalanan dengan mengendarai motor, ia memeluk tubuhku erat. Dari pelukan itu, aku tau, ia menyimpan suatu rasa untukku. Tapi, aku tidak tau, apa sebenarnya yang ia rasakan. Aku tak punya nyali untuk bertanya kepadanya, terlebih lagi, tinggal beberapa bulan lagi hari pernikahanku dengan tunanganku.

Setelah malam berlalu, kami tidak pernah bertemu kembali. Sesekali kami bertemu, namun di alam mimpi kami masing-masing. Karena, dunia nyata tak mungkin mempertemukan kami kembali sesering mungkin seperti dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun