Jika kau tatap mentari senja, kuatkan hatimu tuk melupakan semua kenangan indah. Sebab hati kadang rindu, semuanya kan tetap seperti ini. Tapi, tak ada yang abadi. Kita datang untuk kembali.
Begitu kau mengajarku.
Hidup hanya sementara. Ia akan berlalu seperti mentari senja yang kembali ke peraduannya. Apa yang bisa kugenggam? Tak ada. Ia punya hukumnya sendiri. Sedang aku, aku hanya setitik air pada pinggir timba. Yang jika menyatuh dengan tanah, akan hilang selamanya.
Jika mentari itu mendekat. Nyalakanlah pelita. Rangkailah kata-kata tuk jadi cerita senja. Sebab kata itu warisan abadi. Jika kau menulis akan tetap tertulis.
Dan kau melanjutkan,
saat mentari senja datang, membawamu ke tempat yang tidak kau tahu, yakinlah ada yang mengingat jejakmu di bumi. Sebab pusara tak cukup jadi penanda, bahwa kau pernah ada.