Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membangun Dialog Antaragama di Tengah Pluralisme Religius

24 November 2018   14:06 Diperbarui: 25 November 2018   05:20 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar Ilustrasi: Pertemuan antaragama di Sydney December 2014 (Foto: Assembly):satuharapan.com

Dialog antaragama telah menjadi wacana menarik dewasa ini. Menarik sebab muncul kesadaran global bahwa kita sedang menuju suatu peradaban dunia di mana begitu banyak tradisi religius akan saling mengenal satu sama lain.

Kesadaran akan pluralitas iman memang bukan merupakan hal yang baru dalam sejarah agama-agama. Namun demikian, belum pernah ada kesadaran akan keberagaman iman yang begitu mengusik orang beriman seperti saat ini. Begitu kita sadar bahwa pengalaman pribadi dan komunitas kita ternyata bukalah satu-satunya, mau tidak mau kita harus bersikap.

Di Indonesia kesadaran akan pluralitas ini sudah disadarai oleh Founding Fathers sejak berdirinya negara ini. Pluralitas itu diakui, diterima dan dihormati. Penerimaan terhadap keberagaman inilah yang kemudian membentuk bangsa Indonesia dalam lambang negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika.

Penghormatan terhadap pluralitas ini di samping adanya kehendak untuk bersatu antara para pendiri negara dan rakyat kemudian melahirkan Pancasila. Pancasila diterima sebagai landasan kesatuan, demokrasi, dan toleransi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara bukan tanpa tantangan. Akhir-akhir ini muncul beragam konflik dan ketegangan yang bernuansa agama. Masih segar dalam ingatan kita aksi teror di Surabaya dan sekitarnya beberapa bulan lalu. Muncul rasa takut, cemas, dan marah, juga beragam pertanyaan. Mampukah bangsa ini menghadapi aksi terorisme? Juga banyak pertanyaan lainnya.

Tentu tidak bijak mengaitkan begitu saja aksi terorisme dengan agama tertentu. Akan tetapi, kita perlu kita sadar bahwa munculnya fanatisme agama merupakan lahan yang subur bagi munculnya gerakan terorisme.

Ketika orang dikuasai oleh frustrasi, keingainan untuk membalas dendam, kebencian terhadap orang-orang yang tidak sepaham, orang menjadi buta terhadap realitas sekitarnya.

Maka tidak jarang orang menggunakan simbol agama untuk melegitimasi diri ketika kekerasan psikis dan fisik dipakai untuk mencapai tujuannya. Hal ini tentu akan semakin berbahaya ketika aksi itu berkorespondensi dengan agenda politik dan bisnis tertentu.

Di sinilah dialog antaragama harus dilakukan guna meredam berbagai konflik yang muncul. Dialog tentu tidak cukup dilihat sekedar program kerja untuk diwujudkan pada kesempatan tertentu saja. Dialog mesti dipahami sebagai hakikat dari agama itu sendiri. Sebab sejatinya agama adalah sebuah dialog antara Sang Pencipta, sesama dan dunia.

Apa Itu Dialog Antaragama?
Dialog antaragama atau dialog interreligius dipahami sebagai suatu perjumpaan antara orang yang menghidupi tradisi religius atau iman yang berbeda dalam satu atmosfir saling percaya dan saling menerima satu sama lain. Dialog antaragama juga mengacu pada interaksi yang sifatnya koorporatif, konstruktif, dan positif antara penganut tradisi religius yang berbeda, baik di level individu, maupun di level komunitas atau institusi.

Tujuan dialog antaragama ialah pemahaman. Bukan maksudnya untuk mengalahkan yang lain atau untuk mencapai kesepakatan penuh atau suatu agama universal. Cita-citanya ialah komunikasi untuk menjembatani jurang ketidaktahuan dan kesalapahaman timbal balik antara budaya yang berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun