Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Interview Session: Sandhy Winarta dan Festival Jazz di Indonesia

11 Oktober 2022   22:47 Diperbarui: 11 Oktober 2022   22:51 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri.Sandy Winarta

Bagi kalian pecinta instrument drum, mungkin sudah tidak asing melihat sosok Sandy Winarta. Wajah tirusnya kerap mengisi musik video, musisi papan atas Indonesia. Belum lagi penampilan rutinnya pada kafe di bali, selalu mewarnai imaji pengunjungnya dengan musik jazz. Kemampuannya dalam menabuh drum tidak perlu disangsikan lagi. Sebagai musisi, Sandy juga menempuh pendidikan musikalnya diluar negeri. Jadi, ia cukup akrab dengan pergaulan dunia music internasional. Beruntungnya saya bisa mendapat kesempatan melakukan sesi tanya jawab, bersama drummer muda berbakat ini.

Diakuinya dulu Sandy memainkan instrument piano. Dari sekian banyak instrument musik, Sandy cenderung memilih instrument drum. Baginya drum merupakan medium paling pas untuk berkreasi. "Awalnya saya mulai dari piano dulu...baru setelah SMA, saya tertarik dengan drum, coba-coba dan ternyata suka, terus saya dalamin dan ternyata ya...ngerasanya ini medium yang paling pas buat saya untuk berekspresi...", jelas Sandy.

Ia menempuh pendidikannya di institusi musik luar negeri. Dikampus impiannya ini, Sandy berhasil mewujudkan cita-citanya, meraih gelar dibidang musik. "New School for Jazz and Contemporary Music itu kampus saya di Manhattan, New York.. Di New York, ada tiga sekolah musik bergengsi untuk musik jazz. Julliard, Manhattan School of Music dan New School... dan ini emang kampus impian saya banget karena beberapa musisi-musisi jazz idola saya adalah alumni dari kampus ini.. tahun 2014 saya dapet scholarship dari New School makanya itu seperti dreams come true buat saya, makanya saya langsung berangkat...", ujar Sandy pada saya.

Ketika ditanya mengenai pengalamanya bermain bersama musisi nasional dan internasional, Sandy menceritakan bahwa bermain bersama mereka merupakan pengalaman yang menyenangkan. "Ketika bermain bersama Dewa Budjana, Magnus Lindgren, Omar, Indra Lesamana itu merupakan sebuah pengalaman yang saya enjoy (nikmati-red) aja", jelas Sandy menuturkan.


Musik jazz di Indonesia dan musisi jazz di Indonesia, kini juga bisa bersaing di ranah global. Menurut Sandy, permainan merekapun tak kalah dengan musisi luar negeri. Sandypun mencoba memberikan opininya secara fair, meski sudah bisa berkompetisi dengan musisi mancanegara, namun ada beberapa bagian dalam skema industri musik di Indonesia, yang perlu dibenahi.

"Saya akan jawab dengan jujur....perkembangan musisi jazz di Indonesia menurut saya sih sangat disayangkan banget...kita ketinggalan dari negara-negara Asia lain nya.. dari Jepang udah sangat jauh, Korsel jauh.. bahkan dari Thailand, Singapore kita ketinggalan...". Ia lalu menjelaskan kalau bakat musical alami dari musisi Indonesia, bisa bersaing dengan negara Jepang.

"Padahal bakat alami musisi-musisi Indonesia sangat unggul.. bahkan boleh saya bilang, bakat kita sangat bisa bersaing dengan Jepang .. sudah terbukti ada seorang Joey Alexander..", ujar Sandy menjelaskan.

Menurut Sandy, memiliki bakat saja, tidaklah cukup. Perlu adanya dukungan dari pemerintah dan dukungan dari sektor pendidikan. "Tapi, seperti slogan salah satu tempat kursus musik legendaris Indonesia.. 'karena bakat saja tidak cukup... '. Perlu dukungan pemerintah.. dari sektor pendidikan .. kita masih sangat minim bahkan nyaris non exsistence dalam dunia pendidikan musik jazz.. baik dari segi kurikulum, maupun tenaga pengajar..", ucap Sandy memaparkan.

Disamping itu juga dari sektor industri musik sendiri. Penting bagi penyelenggara festival musik, untuk memberi 'ruang lebih' pada musik jazz, secara lebih luas. "Kemudian dari sektor industri musik sendiri. Pihak-pihak penyelenggara festival-festival jazz..Kita sering banget kan mendengar slogan 'jazz festival terbesar di dunia...' tapi isi nya 90% musik pop rnb .. malah di jazz festival yang katanya terbesar di dunia, musik jazz cuma 10% .. malah jadi minoritas..ini kan udah gak masuk logika ya.. hehe", terang Sandy.

Ia mengambil contoh festival musik di Indonesia. "Kalau festival pop rnb , jazz nya 10% .. ya itu baru masuk akal.. tapi ya kenyataan nya di Indo kan belum seperti itu..

Bahkan ada jazz festival-festival lain yang bahkan 100% isinya pop musik..
Ya bisa-bisa aja sih pop rnb musik di paksa-paksain di masuk-masukin musik jazz.. istilah nya " di jazz-jazzin.. " tapi ya ini udh jelas-jelas berarti bukan musik jazz kan..". Menurut Sandy festival music itu  ibaratnya, seperti sebuah restoran padang. "Kita liat ada restoran...nama restoran nya...restoran padang...tapi ternyata yg dijual ya nasi goreng, mie goreng...yaa bisa sih di tambah-tambahin embel-embel...nasi goreng saus padang.. tp ya jelas-jelas kita sama-sama tahu, resto padang yang bener-bener resto padang menunya kan bukan itu...", jelas Sandy lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun