Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Oseng Mercon Tugu Jogja, Istimewa

15 Agustus 2019   15:39 Diperbarui: 15 Agustus 2019   15:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk berwisata rasa mencicipi oseng mercon. Jujur saja sebenarnya ini memang sudah jadi niat saya untuk merasakan oseng mercon sejak lama. Namun tampaknya baru sekarang ini kesampaian. 

Saya cium aromanya yang menguar di depan mata saya. Tercium sekali aroma pedas yang menggigit. Bukan saja menerbitkan rasa lapar saya, tapi juga membangkitkan dalam diri saya hasrat untuk menghabiskanya dengan segera.

Dokumen Pribadi Penulis
Dokumen Pribadi Penulis
Potongan daging yang besar dan warna dari oseng mercon yang meriah semakin membuat hati saya penasaran. Kira-kira seperti apa nanti kalau makanan berbahan baku daging sapi ini mendarat di lidah saya. Pikiran sayapun berkelana, ke bermacam makanan berbahan baku serupa. Tapi meskipun pikiran saya berkelana, tetap tidak mampu menggantikan rasa penasaran saya pada kuliner oseng mercon ini. 

Di samping oseng mercon ini ada sebongkah nasi hangat yang menunggu untuk dijamah. Agar aromanya makin beragam, saya menaburi oseng mercon ini dengan bawang goreng. Air liur saya semakin menjadi-jadi. Semakin banyak air liur yang berkumpul dilidah saya. Sendok yang ada ditangan saya menjadi saksi betapa antusiasnya saya pada kuliner yang digilai banyak orang ini. 

Dengan sendok makan, saya mencampur beberapa potongan daging dengan nasi yang ada dipiring. Sengaja saya tidak mencampur semua dagingnya dengan nasi. Satu sendokan pertama yang masuk ke mulut saya, sepertinya tak cukup. Lidah saya ingin merasakannya lagi dan lagi.Ternyata...wauuuuw....rasa pedas dari dagingnya mulai berkobar dimulut saya. Tapi tangan dan mulut saya tidak mau berhenti mengunyah.

Dokumen Pribadi Penulis
Dokumen Pribadi Penulis
Untuk memuaskan rasa penasaran saya terhadap oseng mercon. Saya sengaja memesan dua jenis oseng mercon. Satu yang berbahan baku daging dan yang satunya oseng mercon campur (campuran antara daging dan koyor). Tangan saya mulai gatal untuk merasakan sensasi dari oseng mercon daging itu. Daging yang ada di piring sayapun saya belah dengan sendok, agar aromanya makin keluar. 

Dan benar saja, aromanya kini makin meneguhkan bahwa bumbu-bumbunya telah meresap kedalam daging sampai kedasarnya. Benar-benar perpaduan yang ciamik. 

Saya lalu menyendok daging itu dengan nasi kembali. Bulir keringat sebesar biji jagungpun mulai keluar. Dan menetes membasahi dahi saya. Tapi tidak saya pedulikan. Rasa penasaran makin tergelitik pada oseng mercon campur, yang ada disamping oseng mercon daging. Akhirnya sayapun mencoba oseng mercon campur itu.Terlihat campuran koyor dan daging berpadu, seolah menggoda saya untuk mencobanya. 

Dokumen Pribadi Penulis
Dokumen Pribadi Penulis
Ada satu sensasi istimewa pada koyor sapi, yakni; teksturnya yang kenyal, membuat orang yang mencicipinya tidak ingin berhenti mengunyah. Tak terkecuali saya. Dengan terburu-buru akhirnya saya mulai mencicipi oseng mercon itu. Hasrat untuk menikmati pedas yang menggelora itu tidak padam. Untuk kesekian kalinya saya menyerok koyor yang sudah dicampur dengan nasi. 

Astaga benar saja, sensasi kenyal mulai terasa dimulut saya, dan kembali keringat makin membanjir. Saya lalu mulai kepedasan, memang yang namanya oseng mercon, pasti ada rasa pedas yang meledak dimulut seperti mercon. Huhaah....huhaaah.....lidah saya terasa terbakar, sensasi pedasnya makin mengental.

Dokumen Pribadi Penulis
Dokumen Pribadi Penulis
Tapi nyali saya makin terpacu untuk menyelesaikan petualangan rasa ini. Rasa pedas yang meletup-letup seperti mercon @Osengmercontugujogja, sungguh dahsyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun