Sosoknya yang jenaka pasti membuat setiap orang yang melihatnya tertarik mendekat. Gaya bicaranya ceplas-ceplos tapi, jujur dan berfaedah. Apalagi kalau diajak bicara tentang bisnis, dirinya bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Tanpa pandang bulu, semua orang dari setiap kalangan pebisnis selalu siap diajaknya berdiskusi. Baik itu pebisnis pemula, menengah, dan pebisnis kelas wahid diterimanya dengan baik. Pernah suatu waktu saya melihat Anang tengah menjelaskan skema bisnis dari seorang rekan yang meminta nasihat darinya. Dengan segera ia menjelasan, melalui gambar buisness mapping. Gaya bicaranya bisa dibilang lebih mirip orang yang berkelakar, tapi sebenarnya itu pembicaraan yang terbilang serius. Fokusnya tidak mudah terpecah. Tertuju pada satu titik. Memberikan penjelasan yang gamblang. Malahan kalau ada seorang pebisnis yang belum paham, dengan sabar ia akan menjelaskan ulang.
Kalau anda melihat barang-barang import kekinian yang beredar di pasaran maka bisa jadi itu adalah barang import dari Marc Indonesia milik Anang Putra Dharmawan. Atau orang-orang memanggilnya dengan sebutan Anang. Dirinya sangat suka sekali menjual barang, itu dikarenakan profesinya dimasa lalu. "Saya menjual barang, karena dulunya saya orang sales dan orang marketing". Bagi Anang, marketing itu tak ubahnya ujung tombak perusahaan yang siap membelah pasar. "Sejak dulu kalau saya menjual barang, itu lebih mementingkan pasar dan bukan mementingkan produk", terang pria yang menyukai warna merah ini. Anang bersama timnya selalu siap menyediakan barang yang diinginkan oleh pasar. "Kami bersama Marc Indonesia siap menyediakan barang yang dibutuhkan oleh pasar", ujar Anang.
  Â
Seorang pebisnis yang baik, tahu kebutuhan pasarnya. Mereka menyediakan barang yang memang dirasa perlu, sebab pasar akan menyerapnya dengan baik. Kerja keras seorang pebisnis akan menjadi sia-sia bila barang tidak bisa diterima dengan baik oleh pasar. Poin ini yang menjadi titik tolak Anang dalam menjalankan usahanya. "Karena saya melihat peluang pasar, bahwa orang-orang yang saya targetkan suka akan barang-barang tersebut" jelas Anang. Hukum ekonomi yang paling mendasar adalah "Ada supplai maka Ada demand" / ada barang, maka ada permintaan. Dalil hukum ekonomi ini yang nampaknya mulai dilupakan orang.
  Â
Ada puluhan bisnis yang terpaksa tutup, karena tidak mengindahkan hukum ekonomi sederhana ini. Bagi mereka yang berasal dari kalangan berpunya / punya modal berlebih mungkin kurang melihat kasus sederhana ini. Tapi tengoklah beberapa bisnis rumah makan yang memiliki interior tergolong mewah, karyawannya juga memakai seragam yang apik, lokasi bisnis yang menunjang untuk didatangi pelanggan. Tetapi usahanya belum sampai setahun, malah baru enam bulan sudah tutup. Bisa jadi mereka tidak mengindahkan hukum ekonomi yang jadi patokan para pebisnis sejak ratusan tahun lalu dalam menjalankan roda usahanya. Anang dari Marc-Indonesia memakai prinsip ini untuk menepis anggapan, bahwa bisnis itu harus besar dan memiliki tempat yang strategis untuk berjualan. Terbukti bahwa dirinya berjualan di marketplace dan masih bisa menangguk untung.
  Â
Bagi Anang titik temu antara kebutuhan pasar dan ketersediaan barang harus setara. Kita tidak bisa membuka bisnis kalau hanya mementingkan prestise, dan hasrat untuk mengaktualisasikan diri dalam berbisnis tapi lupa menghitung kalkulasi ekonomisnya. Maka prinsip ekonomi lainnya, yakni: "Dari modal yang kecil bisa menghasilkan keuntungan yang besar" sangat relevan bila diterapkan. Dua prinsip ekonomi inilah yang dipegang teguh Anang sebagai saka guru dalam dirinya. Jadi jangan heran jika dirinya terbilang usahawan yang sukses di usia muda. Setiap orang pasti mempunyai tafsiran sendiri dalam mengartikan sebuah bisnis, termasuk juga Anang. "Bagi saya bisnis itu adalah sebuah kendaraan untuk mencapai tujuan", terang Anang. Jika ia sudah mencapat tujuannya maka kendaraan itu akan ditinggalkan. "Bila saya sudah mencapai tujuan itu, pasti kendaraan-bisnis yang saya tunggangi, akan saya tinggalkan", jelas lelaki yang suka mendengarkan audiobook Al-Quran ini.
Hal ini ia lakukan sebagai bentuk pembelajarannya dalam bisnis, dan cara dia dalam mencari solusi bisnis ketika menemui masalah."Kalau idola saya dari luar negeri; Warren Buffet, Mark Zuckerberg, Ortega (yg punya Zarra). Idola dari Indonesia; Pak Presiden Jokowi, Ahok, Bu Susi, Ganjar Pranowo, Hamengkubuwono, Trishni Maharini. Dari ahli ekonomi ada; Pak Tung Desem Waringin, Pak James Gwee, Cipto Djunaedi, Andre Wongso, Chandra Putranegara. Tokoh religi ustadz; Ustadz Jefri Al-Buchori, Ust.Jusuf Mansyur. Kalau secara rekan bisnis yang dekat; pemilik Rumah Warna, Mas Djody (pemilik Warung Steak), Om saya yang eksportir", ujar lelaki yang gemar berdandan casual ini.
  Â
Seorang pebisnis tahu kapan harus bersikap pada karyawannya. "Saya menekankan profesionalisme kerja pada staff saya, kalau kalian tidak memenuhi target, maaf saya katakan kalian harus keluar". Diluar hubungan kerja, Anang selalu mengatakan pada karyawan maupun mantan staffnya bahwa meskipun mereka sudah tidak dalam satu atap usahanya, mereka adalah teman. "Kalau staff saya sudah tidak bekerja bersama saya lagi, saya tidak putus hubungan begitu saja, saya menganggap mereka sebagai teman", terang Anang menjelaskan.
Dalam menjalankan usahanya, Anang tidak hanya fokus mengelola bisnisnya. Tapi juga mempunyai misi sosial dan mimpi yang belum tercapai, bial dirinya tak lagi aktif berbisnis. "Saya mau bikin pondokan pesantren, joglo tani, saya mau bikin sekolah masjid. Sekolah adzan, saya mau bikin umroh berangkat dulu sampai tujuan baru bayar, kayak gitulah. Itu mimpi jangka panjang saya", ujar Anang yang menutup wawancara malam itu.